TEMPO.CO, Jakarta - Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah kondisi kesehatan mental yang disebabkan karena mengalami peristiwa traumatis. Menurut Healthline di setiap orang, gejala trauma dapat berbeda, intensitas yang bervariasi dari masing-masing individu.
Menurut laporan Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) yang dilakukan pada remaja di tahun 2022, sebanyak 0,5 persen remaja Indonesia di rentang usia 10-17 tahun mengalami Gangguan Stres Pasca-Trauma (PTSD).
Bagi yang mengalami PTSD tentu akan merasa sulit menjalani hidup dari hari ke hari. Walaupun begitu, dengan perawatan dan bantuan professional, gejala PTSD dapat ditangani. Para professional menggunakan panduan DSM-5-TR untuk mendiagnosis kondisi kesehatan mental. Dimana DSM-5-TR mengelompokkan gejala PTSD menjadi empat kategori:
1. Pengalaman berulang
Gejala yang dihadirkan kepada seseorang berupa mimpi buruk yang sering terjadi mengenai suatu peristiwa, kenangan suatu peristiwa yang tidak diinginkan ketika memikirkan hal-hal yang sama sekali tidak berkaitan.
2. Penghindaran
Seseorang akan berusaha sekeras mungkin untuk menghindari tempat, situasi, benda, dan orang yang mengingatkannya akan peristiwa tersebut. Meskipun begitu beberapa orang kerap tidak menyadari mengapa mereka menhindarinya.
3. Perubahan negatif yang terjadi secara berulang pada kognisi dan suasana hati
Gejalanya berupa perasaan cemas dan gelisah secara terus-menerus, lekas marah, kesulitan berkonsentrasi dan tidur, serta di beberapa orang ditemukan peningkatan rasa waspada terhadap lingkungan sekitar.
4. Perubahan dalam gairah menjalankan hidup
Beberapa gejala yang dimungkinkan adalah serangan panik, berkurangnya minat pada aktivitas biasa, perasaan putus asa, depresi, dan kesulitan mengingat keseluruhan peristiwa.
Untuk memenuhi kriteria diagnostic PTSD, setidaknya seseorang harus mengalami gejala berikut selama satu bulan:
-Setidaknya satu gejala pengalaman berulang
-Setidaknya satu gejala penghindaran
-Setidaknya dua gejala perubahan gairah
-Setidaknya dua gejala perubahan pada kognisi dan suasana hati
Beberapa individu tidak memerlukan diagnosis PTSD untuk mencari terapi dan dukungan, yang dimana dimungkinkan untuk menemukan pengobatan dan memulai penyembuhan diri tanpa diagnosis. Jika seseorang didiagnosa dengan PTSD, psikolog ataupun psikiater menyarankan untuk melakukan terapi, pengobatan, atau kombinasi dari keduanya.
Terapi Perilaku Kognitif (CBT) atau terapi bicara akan dilakukan kepada anda untuk memproses peristiwa trauma dan mengubah pola pikir negative yang terkait. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi gejala PTSD yang bersifat spesifik. Penyebab seseorang mengalami PTSD bermacam-macam, tapi umumnya dikarenakan pertempuran militer, bencana alam, terorisme, berkabung, menyaksikan kekerasan, bunuh diri, atau kematian.
KATA DATA | PTSD
Pilihan editor: Kilas Balik Kerusuhan Mei 1998, Kerusuhan Berbau Rasial di Jakarta dan Solo