TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa orang mungkin sangat pemilih dalam memilih makanan. Masalah ini paling sering terlihat pada anak-anak, tetapi bisa juga terjadi pada orang dewasa. Orang-orang yang sangat pemilih terhadap makanan ini biasa disebut dengan picky eater.
Perilaku picky eater pada anak umumnya terjadi pada anak usia prasekolah. Biasanya mereka hanya mau makan makanan tertentu yang mereka sukai dan menolak yang lainnya.
Baca juga:
Kondisi ini terkadang bisa sangat menjengkelkan bagi orang tua sehingga diperlukan kesabaran ekstra untuk mengatasinya.
Lantas, apa sebenarnya picky eater itu? Apa penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya? Mari kita bahas lebih lanjut.
Apa Itu Picky Eater?
Picky eater atau pemilih makanan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang sangat selektif terhadap makanan yang mereka konsumsi.
Baca juga:
Sering kali mereka hanya mau makan makanan tertentu yang disukainya saja. Mereka mungkin menolak makanan berdasarkan tekstur, rasa, warna, atau bahkan hanya karena penampilannya.
Sebagai contoh, seseorang yang bisa disebut picky eater mungkin hanya mau makan pasta dengan saus tomat dan menolak untuk mencoba pasta dengan saus krim atau campuran sayuran.
Mereka mungkin juga menghindari makanan dengan tekstur tertentu, seperti makanan yang terlalu lembek atau terlalu renyah.
Bagi orang tua, anak-anak yang termasuk picky eater seringkali bisa menjadi tantangan karena pilihan makanan mereka.
Kekhawatiran muncul terkait dengan asupan nutrisi anak, terutama jika mereka enggan mencoba makanan baru atau hanya tertarik pada jenis makanan yang sama secara berulang.
Hal ini dapat mengakibatkan masalah nutrisi jika pilihan makanan mereka tidak cukup bervariasi untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari.
Penyebab Picky Eater
Picky eater atau pemilih makanan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Melansir Within Health, berikut beberapa penyebab utama dari picky eater.
1. Faktor Biologis
Salah satu penyebab utama picky eater adalah faktor biologis. Pertumbuhan anak-anak sangat pesat setelah lahir dan biasanya mencapai puncaknya sekitar usia dua tahun, setelah itu laju pertumbuhan melambat antara usia dua dan lima tahun.
Selama periode perubahan ini, nafsu makan anak juga sering berubah, cenderung menurun, dan menjadi tidak konsisten. Ini bisa menyebabkan anak menjadi lebih selektif terhadap makanan yang mereka konsumsi.
2. Pengaruh Pola Makan
Selain faktor biologis, perilaku pilih-pilih makanan juga bisa merupakan hasil dari pola makan yang dipelajari. Anak-anak sering kali meniru perilaku makan orang tua mereka.
Jika orang tua mereka memiliki kebiasaan makan yang sangat selektif atau menggunakan makanan sebagai alat untuk mempengaruhi perilaku anak, hal ini bisa berkontribusi pada perkembangan kebiasaan makan yang serupa pada anak.
3. Pengalaman Negatif
Pengalaman buruk dengan makanan tertentu juga bisa menyebabkan anak menjadi picky eater. Jika anak pernah mengalami reaksi negatif terhadap makanan tertentu, seperti rasa yang tidak menyenangkan atau masalah pencernaan, mereka mungkin menghindari makanan tersebut di masa depan.
Pengalaman ini dapat membentuk persepsi negatif terhadap jenis makanan tertentu, membuat anak lebih selektif dalam memilih makanan yang mereka konsumsi.
4. Perkembangan Psikologis
Pada usia prasekolah, anak-anak sering kali mulai menunjukkan preferensi yang kuat terhadap makanan tertentu.
Ini adalah bagian normal dari perkembangan psikologis mereka saat mereka mulai menguji batasan dan mengembangkan otonomi mereka.
Perilaku ini biasanya sementara dan bisa mereda seiring bertambahnya usia anak dan perkembangan psikologis mereka.
Cara Mengatasi Picky Eater
Mengatasi picky eater membutuhkan kesabaran dan strategi yang tepat. Berikut adalah beberapa cara yang dapat membantu dilansir dari UCdavis Health.
1. Perkenalkan Makanan Baru Secara Bertahap
Memperkenalkan makanan baru sedikit demi sedikit dapat membantu anak menjadi lebih nyaman dengan berbagai jenis makanan.
Mulailah dengan porsi kecil dan jangan memaksa anak untuk langsung menyukai makanan baru. Biarkan mereka mencicipi dan mengenali rasa serta teksturnya terlebih dahulu.
2. Buat Makanan Menarik
Membuat makanan terlihat menarik dan menyenangkan bisa mendorong anak untuk mencoba makanan baru. Gunakan berbagai warna dan bentuk untuk membuat hidangan lebih menarik.
Anda bisa menggunakan cetakan makanan untuk membuat bentuk-bentuk lucu atau menyusun makanan dengan cara yang menarik.
3. Libatkan Anak dalam Persiapan Makanan
Melibatkan anak dalam proses memasak bisa meningkatkan minat mereka terhadap makanan. Ajak mereka berbelanja bahan makanan, memilih resep, dan membantu menyiapkan makanan.
Ini memberikan mereka rasa kepemilikan dan bisa membuat mereka lebih tertarik untuk mencoba makanan yang mereka bantu siapkan.
4. Hindari Makanan Manis
Jangan suap anak dengan makanan manis. Hal ini membuat makanan manis menjadi makanan yang disukai, dan makanan lainnya tetap tidak disukai.
Anak-anak yang belajar membuat kesepakatan tentang makanan akan mulai melakukan hal ini untuk hal-hal rutin lainnya dalam hidup mereka, seperti berpakaian atau menggosok gigi.
5. Makan Saat Lapar
Cobalah makan saat anak Anda merasakan lapar. Jika anak makan siang banyak dan mereka tidak lapar, mereka mungkin akan lebih bersedia menolaknya karena mereka belum siap untuk makan lagi.
6. Tetap Tenang dan Sabar
Jangan memaksa atau menghukum anak jika mereka menolak makanan. Tekanan atau paksaan bisa membuat anak semakin enggan mencoba makanan baru. Tetap tenang dan sabar, dan terus perkenalkan makanan baru dengan cara yang positif.
RIZKI DEWI AYU
Pilihan Editor: Waspada Dampak Buruk Picky Eater, Tumbuh Kembang Anak Bisa Terganggu