TEMPO Interaktif, Jakarta - Berukuran 48 meter persegi, taman kering membuat rumah keluarga Ridwan Kamil mendapat cukup asupan udara segar dan suasana nyaman. Sebuah pohon palem ditempatkan persis di tengah taman. Sedangkan di bagian kiri taman terdapat kolam renang, lengkap dengan kursi-kursi tempat keluarga menikmati sore.
Taman ini bisa dinikmati hampir dari semua ruangan di rumah Emil--begitu arsitek itu biasa dipanggil. Mulai ruang tamu, dapur, hingga kamar tidur anak, kamar tidur utama, perpustakaan, dan ruang kerja Emil di lantai atas. Inner courtyard di rumah Emil tak pelak menjadi penghubung dan pemasok udara ke hampir semua ruangan.
Salah satu fungsi inner courtyard memang sebagai pendingin udara dalam rumah. Inner courtyard berfungsi membuat bangunan jadi lebih "tipis". Bangunan seolah dibuat terbelah di bagian tengah, diberi jarak antara ruangan satu dan ruangan lainnya. Semakin "tipis" bangunan, kata Emil, semakin hemat energi yang diperlukan. Dengan dimensi yang tipis, udara yang masuk ke rumah cepat pula keluar.
Sebaliknya, pada bangunan yang "gendut", udara yang masuk sulit dikeluarkan. "Itu yang membuat udara dalam ruangan panas, sehingga perlu mesin pendingin," kata Emil melalui telepon, Kamis lalu, di Jakarta.
Menurut arsitek tata ruang Nirwana Yoga, fungsi lain inner courtyard adalah sebagai area bermain anak, tempat bersantai keluarga, sekaligus ruang terbuka hijau. Sebagaimana pada inner courtyard rumah Emil, keluarganya kerap memanfaatkannya untuk menyelenggarakan pengajian atau acara keluarga.
Taman di rumah-rumah Indonesia sebenarnya sudah dikenal sejak dulu. Hanya, biasanya taman diletakkan di bagian belakang rumah. Akibatnya, tidak semua ruangan bisa menikmati taman. Taman hanya bisa dilihat dari ruang belakang atau dapur. Ini berbeda dengan taman di tengah rumah. "Secara visual juga bisa dinikmati dari semua ruangan," Emil memaparkan. Taman di tengah rumah, kata Nirwana yang kerap dipanggil Yudi, bisa berbentuk, O, L, atau U.
Yudi mengatakan, pada awalnya inner courtyard didominasi model taman kering untuk menghadirkan sirkulasi udara alami yang baik. Tanaman ditempatkan di dalam pot. Alasnya memanfaatkan koral atau batu-batu berukuran kecil. Sehingga inner courtyard bisa difungsikan sebagai wahana terapi.
Model seperti itu dijadikan standar untuk rumah sakit terapi di Amerika Serikat. Di Indonesia, beberapa rumah sakit terapi juga sudah menggunakan model ini.
Dalam perkembangannya, banyak yang menggunakan model taman basah. Tanaman ditanam di tanah. Sehingga, selain fungsi sirkulasi, bisa juga memiliki fungsi ekologi. "Bisa dibuat sumur resapan di bagian bawahnya," kata Yudi, Kamis lalu, di Jakarta.
Yudi menjelaskan, untuk merancang inner courtyard, hal utama yang harus diperhatikan adalah luasnya. Untuk rumah yang luasnya terbatas, model taman kering lebih cocok. Untuk menghadirkan kesejukan, taman bisa dilengkapi dengan air mancur tempel pada dinding.
Sedangkan rumah yang memiliki lahan luas lebih bebas memilih kreasi. Dari membuat kolam, atau taman dengan bale-bale di tengahnya.
Tema taman, kata Yudi, sebaiknya disesuaikan dengan tema rumah. Rumah bergaya minimalis, misalnya, tamannya juga harus minimalis. Atau rumah bergaya etnik Bali, tamannya disesuaikan dengan gaya taman Bali.
Meski banyak manfaatnya, bukan berarti tak ada masalah di rumah dengan inner courtyard. Ketika turun hujan, ruang terbuka dalam rumah itu menyebabkan tempias ke ruang-ruang sekitarnya. Namun, masalah ini bisa disiasati dengan membuat kanopi atau teritisan lebih lebar.
ERWIN DARIYANTO