Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Faisal Yunus,Peluang Kedokteran Paru

image-gnews
TEMPO/Adri Irianto
TEMPO/Adri Irianto
Iklan

TEMPO Interaktif, Jakarta - Pandemi influenza A H1N1 alias flu babi tak terbendung. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, saat ini jumlah kasus positif virus ini di sejumlah negara hampir mencapai angka 100 ribu dan 400 lebih penderita meninggal. Di Indonesia, jumlah kasus ini melonjak. Terakhir, tiga pesantren di Jawa terserang flu ini.

Faisal Yunus, salah satu pakar pulmonologi dan pernapasan dari Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, menjadi referensi untuk kasus flu yang menghebohkan itu. Dia menilai bahwa lonjakan jumlah kasus flu babi di Tanah Air disebabkan oleh lemahnya pengawasan di pintu-pintu masuk pelabuhan dan bandara internasional. Dia menyebutkan, seperti di Jepang dan Cina, pengawasan masuknya virus sudah dilakukan sejak penumpang masih di dalam pesawat.

"Tetapi saya berharap, masyarakat kita jangan terlalu cemas dan membesar-besarkan flu babi yang fenomenal ini," katanya saat ditemui di ruang kerjanya di Rumah Sakit Persahabatan, Rawamangun, Jakarta, Senin pekan lalu.

Faisal menjelaskan, saat ini posisi flu babi berpotensi sebagai periuk pengaduk. Namun, flu babi menimbulkan angka kesakitan yang tinggi dengan angka kematian rendah. Virus ini ada sepanjang tahun, tapi wabahnya biasa terjadi pada musim gugur dan dingin.

Virus babi klasik (virus tipe A H1N1) yang diisolasi pertama kali pada 1930 memiliki kelemahan, yaitu akan mati jika dipanaskan pada 700 derajat Celsius, disiram alkohol 70 persen, lisol 5 persen, disiram zat pemutih, dan dapat hidup hanya dua jam di luar tubuh. Menurut dia, cara-cara penularan virus flu babi antarmanusia melalui droplet (semprotan cairan halus) dari bersin dan batuk, kontak langsung, kontak tidak langsung (peralatan yang tercemar), serta tidak menular lewat makan daging babi yang dimasak.

Masa inkubasinya, Faisal menerangkan, antara 1-7 hari, tapi lebih sering 1-4 hari H1N1 pada manusia menular pada satu hari sebelum onset sakit sampai tujuh hari setelah onset. Pada anak, dapat menular sampai 10 hari. "Namun, tidak perlu khawatir. Asalkan daya tahan (tubuh) bagus, flu ini tak akan mematikan," ujarnya.

Menurut Faisal, selain flu babi, belakangan penyakit yang berhubungan dengan paru dan pernapasan cukup melonjak tinggi, seperti SARS, flu burung, dan banyak lagi, yang berpotensi muncul serta melanda Indonesia.

"Saya beranggapan bahwa maraknya penyakit dalam ilmu ini akan memberikan peluang besar bagi dunia kedokteran di Indonesia, terutama paru-paru dan pernapasan," katanya sambil menyebutkan, di Indonesia penyakit kedua bagian itu adalah paru, tuberkulosis, dan asma, dengan angka kematian cukup tinggi.

Kendalanya adalah kedokteran paru di Indonesia sedikit, tidak sampai 10 universitas. Padahal peminatnya cukup tinggi. "Kejadian luar biasa di bidang ilmu ini makin berpotensi besar supaya membuka peluang penambahan tempat yang bisa menampung peminat calon dokter paru-paru," ucapnya. Saat ini jumlah dokter paru di Indonesia cuma sekitar 700.

Menekuni bidang pulmonologi adalah cita-cita Faisal sejak kecil. Anak kedelapan dari sembilan bersaudara ini sejak kecil menyenangi dunia buku, sehingga ia memakai kaca mata tebal minus tujuh dan sering diledek teman-temannya sebagai dokter. "Ada perasaan bangga, ya, sudah ledekan itu dinikmati hingga akhirnya masuk kuliah kedokteran di UI."

Sempat mencicipi masa kecil di Batu Sangkar, Padang, namun di kelas terakhir sekolah dasar, ia hijrah ke Jakarta. Ayahnya yang seorang guru banyak memberikan ilmu tentang kehidupan. Penyuka masakan Jepang itu mengenang kalimat yang selalu diucapkan sang ayah, kalau kita berbuat baik, hasilnya pasti tidak keliru.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hidup seseorang itu terukur dari apa yang dilakukan. Kalau menanam padi, tumbuhnya pasti padi; kalau menanam jagung, hasilnya pun sama. "Ayah banyak memberikan masukan hidup sederhana dan menerapkan hati nurani. Tidak sombong dan harus kerja keras."

Soal tekad dan semangat kerja keras, pelahap buku serta penyuka film itu makin teruji saat kuliah di Jepang. Di Negeri Matahari Terbit ini, segudang pengalaman yang bertautan dengan soal nilai-nilai kemanusiaan makin terasah. Ada hikmahnya ketika sang ayah mengajarkan sisi humanis sehingga membuatnya tahan banting, seperti menghadapi penantian panjang saat mau diangkat menjadi pegawai negeri di Departemen Kesehatan dan tempat bekerjanya kini.

"Saya lulus dari Jepang pada 1983 dan langsung ditawari bekerja di sini. Namun, saya sempat menjadi pegawai yang tidak dibayar selama tiga tahun karena alasan administrasi. Untung saya pantang menyerah dan membuktikan bahwa nasihat ayah membuahkan berkah. Saya menemukan jalan ke luar dan bisa seperti sekarang," Faisal menambahkan.

Riwayat Hidup: 

Nama: Prof Dr Faisal Yunus, PhD
Lahir: Batu Sangkar, Sumatera Barat, 8 Juli 1952
Status: Menikah dan punya tiga anak

Pendidikan:
1976, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Jakarta
1983, Pulmonologi & PhD, Universitas Hiroshima, Jepang
2003, Profesor di FKUI, Jakarta

Riwayat Pekerjaan:
1986-sekarang, Staf di Departemen Pulmonologi dan Kesehatan Pernapasan, FKUI, Jakarta
1992-sekarang, Koordinator Peneliti Departemen Pulmonologi dan Kesehatan Pernapasan, FKUI, Jakarta
1993, Supervisor Klinik Asma, Departemen Pulmonologi dan Kesehatan Pernapasan, FKUI, Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta
1993-1996, Kepala Pelaksana Subdivisi Penyebaran Paru, Departemen Pulmonologi dan Kesehatan Pernapasan, FKUI, RS Persahabatan, Jakarta
1993-2002, Ketua Laboratorium Departemen Pulmonologi dan Kesehatan Pernapasan, FKUI, RS Persahabatan, Jakarta
1998-2007, Direktur Program Pelatihan Departemen Pulmonologi dan Kesehatan Pernapasan, FKUI
2004-2008, Manajer Penelitian dan Pelayanan Publik, FKUI

Organisasi:
2002, Ikatan Dokter Indonesia
1993-1999, Asosiasi Pulmonologi Indonesia
1993-2001, Yayasan Asma Indonesia
1994-1999, Pemimpin Redaksi Jurnal Respirologi Indonesia
1999-sekarang, Aktif di Perhimpunan Pulmonologi dan Paru Indonesia
2002-2011, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

Publikasi dan Buku:
Pulmonologi Klinik, Diagnosis dan Pengobatan Kanker Paru, Penyakit Paru Obstruktif Menahun

HADRIANI P

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

3 hari lalu

Petugas Bea dan Cukai tengah melakukan pengecekan pita cukai rokok di Kantor Bea dan Cukai, Jakarta, Selasa 19 Desember 2023. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyiapkan 17 juta pita cukai baru untuk memenuhi kebutuhan pada awal tahun 2024. Hal ini juga sejalan dengan penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada tahun depan. Tempo/Tony Hartawan
Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.


Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

6 hari lalu

Ilustrasi wanita bahagia. Unsplash.com
Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.


7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

7 hari lalu

Ilustrasi kucing (Pixabay)
7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

Dehidrasi terjadi ketika kucing kehilangan lebih banyak cairan dari yang mereka konsumsi.


Jadi Makanan Khas Lebaran, Ketahui Kandungan Nutrisi dan Manfaat Hati Ayam dalam Sambal Goreng Kentang Ati

14 hari lalu

Menu sambal goreng hati sapi. shutterstock.com
Jadi Makanan Khas Lebaran, Ketahui Kandungan Nutrisi dan Manfaat Hati Ayam dalam Sambal Goreng Kentang Ati

Hati ayam dalam sambal goreng kentang ati, makan khas ketika lebaran, ternyata memiliki manfaat kesehatan. Apa saja?


Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

15 hari lalu

Ilustrasi protokol kesehatan / menjaga jarak atau memakai masker. ANTARA FOTO/FB Anggoro
Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.


Bawa Balita saat Mudik? Perhatian Tips Ini Demi Kesehatannya

17 hari lalu

Ilustrasi balita mudik. shutterstock.com
Bawa Balita saat Mudik? Perhatian Tips Ini Demi Kesehatannya

Pakar kesehatan mengingatkan orang tua untuk memperhatikan daya tahan tubuh balita saat mudik mengingat kondisi cuaca yang sedang tak baik.


Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

17 hari lalu

Ilustrasi label lolos uji keamanan pangan pada kemasan air minum dalam kemasan.
Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

Pakar mengingatkan bahaya kandungan senyawa bromat yang banyak terbentuk saat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).


Operasi Hernia Benjamin Netanyahu Berjalan Sukses

22 hari lalu

Benjamin Netanyahu. [Middle East Monitor]
Operasi Hernia Benjamin Netanyahu Berjalan Sukses

Tim dokter dan kantor Perdana Menteri Israel mengumumkan operasi hernia yang dijalani Benjamin Netanyahu berjalan sukses.


Tips Makan Enak tanpa Khawatir Masalah Pencernaan Saat Lebaran

23 hari lalu

Hidangan lebaran. ANTARANEWS
Tips Makan Enak tanpa Khawatir Masalah Pencernaan Saat Lebaran

Dokter spesialis penyakit dalam memberikan tips agar tetap bisa makan enak saat lebaran tanpa menimbulkan masalah pencernaan.


7 Manfaat Makan Buah Semangka bagi Kesehatan Tubuh

28 hari lalu

Ilustrasi Semangka
7 Manfaat Makan Buah Semangka bagi Kesehatan Tubuh

Semangka menjadi buah yang pas sebagai pilihan di bulan Ramadhan. Pada kondisi tubuh yang mengalami dehidrasi, buah ini menjaga kesehatan dan keseimbangan nutrisi.