Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dari Rumah Tangga ke Rumah Produksi

image-gnews
TEMPO/Dwianto Wibowo
TEMPO/Dwianto Wibowo
Iklan

TEMPO Interaktif, Genap setahun Ani bekerja di perusahaan film independen Kalyana Shira, yang dikelola sineas Nia Dinata. Tugasnya membantu mengkoordinasi translasi film-film KidsFfest termasuk menjadi asisten di sejumlah workshop film pendek. Pada 2007, karyanya masuk sebagai finalis Eagle Awards Documentary Competition, yang diadakan oleh Metro TV. Judulnya Helper Hong Kong Ngampus.

Hong Kong adalah negara harapan Ani. Sekitar empat tahun dia menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di sana. Perempuan asal Jombang ini bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Gajinya setara dengan pegawai bank di Indonesia, yaitu 3.670 dolar Hong Kong atau sekitar Rp 5 juta. Penghasilan bersih itu ditambah 300 dolar Hong Kong jika tidak makan siang dan malam. "Lumayan buat nabung," ujar Ani Ema Susanti--nama lengkapnya--saat ditemui di kantor Kalyana Shira, Jakarta Selatan, Senin lalu.

Ani punya pemikiran modern. Tabungan hasil banting tulang di negeri orang digunakan buat kuliah. Dia sadar bahwa orang tuanya tidak mampu membiayai kuliahnya. Apalagi usaha ayahnya bangkrut karena diterjang krisis ekonomi. Buat makan, Ani menjelaskan, mereka mesti dibantu neneknya.

Di desanya, banyak teman sebayanya memilih "jalan kawin" untuk tetap bertahan hidup. "Pilihannya antara kerja di sawah atau menikah," perempuan berperawakan mungil ini menambahkan. Namun Ani tidak mau memilih keduanya dan bertekad meneruskan jenjang pendidikan. Dan dia pun berhasil.
Proposal film dokumenter Helper Hong Kong Ngampus itu dibuatnya saat kuliah semester VII di Jurusan Psikologi, Universitas Tujuh Belas Agustus, Surabaya.

Inspirasinya dari kehidupan helper alias TKW di Hong Kong, yang menginvestasikan hasil kerjanya untuk kuliah. Selain itu, penggemar sutradara Wong Kar Wai ini ingin memperlihatkan bahwa TKW di sana benar-benar bekerja. "Duit yang dihasilkan bukan dari perbuatan macam-macam," Ani menjelaskan.

Dalam penggarapan filmnya, Ani didonasi oleh Metro TV. Sebelum itu, proposal filmnya sukses masuk lima besar, sehingga berhak difilmkan dan dilombakan. Film pertama ini seperti peletakan dasar teknis pembuatan film dokumenter. Waktu itu dia merasa belum bisa membawakan isunya dengan baik.

Untuk itu, perempuan yang kini berusia 27 tahun ini mencari karakter lain yang jalan hidupnya mirip. Hal itu karena keterbatasan pengetahuan teknis sebagai sutradara pemula. "Yang ditakutkan adalah kesulitan untuk sekaligus menjadi subyek film di dalam film tersebut," Ani menjelaskan. Film pertamanya menelan biaya sekitar Rp 15 juta, di luar ongkos kru dan sewa alat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari situ, Sarjana Psikologi ini ketagihan membikin film dokumenter. Film keduanya, Pertaruhan, dirilis pada 2008 di bawah bendera Kalyana Shira Foundation and Kalyana Shira Films. Lagi-lagi Ani membahas isu TKW di Hong Kong.

Kali ini lebih berfokus pada isu perempuan dan seksualitas yang mencakup kesehatan reproduksi serta orientasi seksual. Film dokumenter ini berisi empat film pendek. Salah satunya bertajuk Mengusahakan Cinta. Film ini sukses memenangi Masterclass Project Change pada Documentary Competition 2008.
Untuk film kedua, Ani mengaku jadi banyak belajar studi lintas budaya. Ini sejalan dengan ilmu yang dipelajarinya di bangku kuliah. Banyak teman TKW yang lama tinggal di Hong Kong, menurut dia, mengakulturasi budaya yang dibawa. Malah terkadang ada sebagian teman yang sudah terasimilasi. "Meski sebagian lagi ada juga yang mengalami gegar budaya atau shock culture."

Riset untuk film saat itu adalah menjawab pertanyaan, apakah jarak, waktu, serta perpindahan tempat bisa mengubah pola pikir perempuan yang bermigrasi. Lalu apakah mereka menjadi otonom terhadap tubuhnya. Sebab, menurut Ani, banyak perempuan Indonesia yang masih berkompromi dengan keinginan di luar dirinya dalam membuat keputusan yang menyangkut hidupnya. "Bahkan kebahagiaannya."

Begitulah dia ingin mengangkat film dokumenter yang kurang populer ditayangkan melalui bioskop seperti halnya film fiksi. Pertaruhan telah tayang lewat jaringan Blitz Megaplex. Yang penting, baginya, membuat film yang menyuarakan kerisauan banyak orang. "Kalau sudah nyemplung di satu bidang, akan saya geluti sampai benar-benar bisa."  HERU TRIYONO

Ani Ema Susanti

Lahir: Jombang, 6 Agustus 1982

Pendidikan:
S-1 Fakultas Psikologi, Universitas Tujuh Belas Agustus, Surabaya

Penghargaan:
2007, Finalis Eagle Awards Documentary Competition 2007 (sebagai sutradara film Helper Hong Kong Ngampus)
2008, Pemenang Masterclass Project Change pada Documentary Competition 2008, Jakarta (sebagai sutradara Effort for Love atau Mengusahakan Cinta)
2009, Masuk seleksi Festival Film Berlin, Jerman, 2009 (film dokumenter Pertaruhan
-Film Dokumenter Terbaik Kategori Panjang pada Festival Film Dokumenter 2009 (Pertaruhan)

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ingin Membuat Film? Kenali 5 Tahap Produksi Ini

5 Mei 2023

Ilustrasi syuting. (net)
Ingin Membuat Film? Kenali 5 Tahap Produksi Ini

Pembuatan film memiliki 5 tahap, yakni pengembangan, pra-produksi, produksi, pasca-produksi, dan distribusi.


3 Film Indie Terbaik Pilihan Forum Film Jawa Barat 2022

29 Desember 2022

Forum Film Jawa Barat menganugrahkan tiga film independen terbaik 2022 di Bandung. (Dok.Panitia)
3 Film Indie Terbaik Pilihan Forum Film Jawa Barat 2022

Penghargaan itu diberikan Forum Film Jawa Barat di ruang Auditorium Bandung Creative Hub pada Selasa, 27 Desember 2022.


Minikino Film Week 4, Ada Pengenalan Teori Akting

7 Oktober 2018

Suasana pembukaan Minikino Film Week 4 di Danes Art Veranda, Denpasar, Sabtu, 6 Oktober 2018(TEMPO/BRAM SETIAWAN)
Minikino Film Week 4, Ada Pengenalan Teori Akting

Sederet sineas Tanah Air dan mancanegara ikut meramaikan festival film pendek Minikino Film Week 4 di Denpasar, Bali.


Mobil Bekas dan Malila Bakal Diputar di FMM 2018

28 Februari 2018

Para pendukung dan penyelenggara Film Musik Makan 2018. Cornelio Sunny, Harlan, Adrian Yunan, Mieske Taurisia, Ismail Basbeth. TEMPO/Dian Yuliastuti
Mobil Bekas dan Malila Bakal Diputar di FMM 2018

Tujuh film Indie tampil di FMM 2018 ditemani musik dari Rental Video


Pudarnya Paradigma Hollywood-sentris di Dunia Perfilman

29 November 2017

Hollywood. wikipedia.org
Pudarnya Paradigma Hollywood-sentris di Dunia Perfilman

Produser di beberapa negara mulai fokus menggarap film-film yang mengandung nilai-nilai lokal, tak lagi berkiblat pada Hollywood


Warga Kota Besar Mulai Tertarik Nonton Film di Bioskop Alternatif

18 September 2017

Adegan dalam film Life of Pi. indiewire.com
Warga Kota Besar Mulai Tertarik Nonton Film di Bioskop Alternatif

Banyak penonton yang merasa film yang ditawarkan bioskop alternatif berbeda dengan bioskop jaringan.


Dua Sekolah Ini Jadi Pemenang Kompetisi Kid Witness News  

7 Februari 2017

Corporate Communication Manager PT. Panasonic Gobel Indonesia, Viya Arsawireja pada acara Kid Witness News di Jakarta, Selasa 7 Februari 2017. Tempo/ Tongam sinambela
Dua Sekolah Ini Jadi Pemenang Kompetisi Kid Witness News  

Sebagai pemenang, dua sekolah ini akan mewakili Indonesia di Kid Witness News tingkat global.


Menteri Rudiantara dan Muhadjir Nonton Film Lentera Maya

3 Februari 2017

Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara bersama pegiat media sosial yang tergabung dalam Masyarakat Indonesia Anti Hoax, menggelar kegiatan sosialisasi sekaligus deklarasi Masyarakat Anti Hoax saat Car Free Day, Jakarta, 8 Januari 2017. Kegiatan ini merupakan aksi simpatik untuk mengajak seluruh masyarakat agar peduli dan bersama-sama memerangi persebaran informasi hoax yang marak di media sosial. TEMPO/M Iqbal Ichsan
Menteri Rudiantara dan Muhadjir Nonton Film Lentera Maya

Menteri Rudantara dan Muhadjir menggalakkan literasi digital.


Erix Soekamti Luncurkan Film Perjalanan ke Indonesia Timur  

23 Januari 2017

Bustar dan Rami, pemeran dalam film dokumentar : Living on Board yang dibuat Erix Soekamti. Foto: Endank Soekamti
Erix Soekamti Luncurkan Film Perjalanan ke Indonesia Timur  

Anggota band Endang Soekamti, Erix, membuat video dokumenter perjalanannya dengan kapal pinisi ke Indonesia timur.


Rio Dewanto Luncurkan Film Dokumenter Konflik Agraria  

17 Januari 2017

Solidaritas Rio Dewanto terhadap Petani Langkat. TEMPO/Ilil Askar
Rio Dewanto Luncurkan Film Dokumenter Konflik Agraria  

Konflik agraria di Langkat menarik perhatian Rio Dewanto.