Kasus seperti ini tentu bisa menimpa siapa saja. Apalagi bagi orang yang tidak punya kenalan dokter--untuk dimintai pendapat mengenai kondisi penyakitnya sendiri maupun orang terdekat--meski sebetulnya tidak harus mencari teman dokter. Dengan memiliki dokter keluarga, seseorang lebih mudah berkomunikasi via telepon, kapan saja dibutuhkan.
Dokter keluarga, menurut Direktur Operasional PT Askes (Persero) Dr Umbu Marisi, biasanya adalah dokter praktek umum yang menangani pasien secara holistik. Jadi bukan sekadar memberi pasien resep obat, dan selesai. "Tetapi dokter melihat pasien sebagai bagian dari komunitas yang harus dirawat," ujar Umbu usai jumpa media seminar bertajuk "Health Economics Seminar" di Jakarta, Selasa lalu.
Di masyarakat, pelayanan dokter keluarga memang belum ngepop. Itu, antara lain, karena tingkat pemahaman masyarakat itu sendiri. Pengertian pemeliharaan kesehatan di masyarakat, menurut Dr Mawary Edy, masih pada waktu sakit saja. "Seharusnya kesehatan dipelihara pada saat tidak sakit," ujar Ketua Perhimpunan Dokter Umum Indonesia ini saat berbincang melalui telepon.
Secara teoritis, Mawary melanjutkan, konsep dokter keluarga itu adalah melakukan intervensi pada orang yang masih sehat, sehingga biayanya jatuh lebih murah ketimbang intervensi terhadap orang yang sudah sakit. Sebab, di situ masyarakat akan mendapat pelayanan lebih dini. "Otomatis kesehatannya akan terjamin."
Dari perspektif dokternya sendiri, konsep ini lebih idealis. Mereka, kata Mawary, tidak harus menunggu orang sakit untuk mendapat uang. Dokter sudah dibayar di muka dan, pada akhirnya, mereka lebih banyak melakukan upaya preventif.
Nah, Askes akan mengadopsi utuh konsep dokter keluarga bagi pesertanya. Mereka sudah melakukan simulasi konsep ini di Jawa Timur pada 1 Juli 2008 sampai Desember 2009. Sebanyak 2.500 peserta Askes ditangani satu dokter. Dari situ, dalam satu bulan rata-rata paling banyak 500 orang menderita sakit. Dari jumlah itu dibagi 20 hari, sehingga dalam satu hari dokter akan memeriksa 25 peserta. "Tidak boleh kalau lebih dari 25 orang," ujar Umbu.
Adapun kriteria dokter keluarga adalah harus memiliki tempat praktek yang memadai. Misalnya ada ruang tunggu dan peralatan medis lengkap. Selain itu, dokter harus ikut sertifikasi dokter keluarga dari Askes. "Yang ini sementara sambil jalan," Umbu menjelaskan.
Pada awal 2010 ini, kantor cabang Askes di seluruh Indonesia sudah mulai melakukan pemetaan. Untuk tahap pertama, dilakukan pergantian kartu Askes. Kartu yang lama dari kertas kuning diganti kartu laminating dengan barcode. Jadi, sebanyak 16,2 juta kartu baru peserta asuransi kesehatan PT Askes di seluruh Indonesia diedarkan. "Target kami adalah 50 persen beralih ke dokter keluarga. Kurang-lebih 8 juta peserta."
Persoalannya, Umbu menjelaskan, sejumlah masyarakat masih kurang apresiasi terhadap dokter umum. Banyak dari mereka, meski menderita penyakit ringan, langsung datang ke dokter spesialis. Malah banyak yang berganti-ganti dokter spesialis. "Selain mahal, penanganan kesehatan jadi tidak maksimal," katanya. HERU TRIYONO
Keuntungan Menggunakan Dokter Keluarga
1. Dokter sudah mafhum riwayat penyakit keluarga, sehingga terhindar dari salah obat maupun pemakaian obat berganti-ganti.
2. Dokter mengantongi rekam medis, yang memangkas waktu lama saat berobat.
3. Penanganan dilakukan sederhana dan tidak begitu mahal.
4. Terhindar dari pemakaian pelbagai peralatan kedokteran canggih yang memberatkan biaya kesehatan.
5. Dokter mudah dihubungi saat keluarga membutuhkan penanganan darurat.
6. Dokter yang sama membuat anak nyaman secara psikologis untuk mengeluhkan penyakitnya.
HERU TRIYONO