Hasil penelitian yang dimuat di jurnal Social Psychology itu menemukan bahwa keindahan memiliki sisi buruk, setidaknya untuk perempuan.
Posisi-posisi yang dianggap "maskulin" tersebut termasuk jabatan seperti manajer penelitian dan pengembangan, direktur keuangan, insinyur mekanik dan pengawas konstruksi.
"Profesi yang menarik sangat merugikan perempuan," kata Stefanie. Sementara di jenis pekerjaan lain, kata Johnson, wanita yang menarik lebih disukai. Ini menunjukkan masih ada standar ganda.
Sebaliknya, menurut Stefanie dan kawan-kawan, pria menarik tidak menderita diskriminasi serupa dan selalu diuntungkan.
Orang-orang cantik, kata Stefanie, masih menikmati sisi lain yang berarti. Mereka cenderung mendapatkan gaji yang lebih tinggi, mendapatkan evaluasi kinerja yang lebih baik, kesempatan lebih tinggi masuk ke perguruan tinggi, dan peringkat yang lebih baik ketika mencalonkan pemilihan untuk jabatan publik.
Tapi dalam satu aspek kehidupan yang sempit, keindahan dapat menghambat.
"Dalam dua studi, kami menemukan bahwa daya tarik bermanfaat bagi pria dan wanita ketika melamar pekerjaan besar, dalam hal peringkat kesesuaian pekerjaan," kata peneliti. "Namun, penampilan cantik lebih bermanfaat bagi wanita ketika melamar pekerjaan feminin daripada jenis pekerjaan maskulin."
Dalam kategori pekerjaan seperti direktur keamanan, tenaga penjualan hardware, penjaga penjara, dan sopir truk, perempuan menarik itu diabaikan. Wanita cantik cenderung dipilah ke dalam posisi seperti resepsionis atau sekretaris.
ScienceDaily/NgartoF