TEMPO Interaktif, Jakarta -Tak ada alasan bagi perempuan yang bertubuh gemuk beranggapan dirinya tidak menarik dan kurang diminati orang. Sepotong catatan sejarah di masa lalu menyebutkan di jaman dulu tubuh yang dianggap ideal untuk seorang perempuan adalah yang berisi alias gemuk. Tubuh yang berisi dianggap sebagai lambang kesuburan bagi seorang perempuan. Kita bisa melihat bahwa patung-patung atau banyak yang bertubuh gemuk .
Jaman dulu sumber-sumber makanan adalah sesuatu yang mewah atau sulit didapat. Sehingga kegemukan dapat diartikan sebagai sebuah berkah dan lambang kemakmuran.
Di negara seperti Polynesia tubuh gemuk ini menjadi ukuran kecantikan. Karena itu di sana tidak dikenal istilah diet. Di sana, para perempuan tidak stres dan tidak memikirkan soal timbangan.
Kemudian, di beberapa negara Afrika wabah kelaparan terkadang datang menyerang, sehingga lagi-lagi banyak sauku-suku yang ada di sana menganggap bahwa perempuan gemuk adalah lambang kesuburan dan kemakmuran.
Pada Suku Annang di Nigeria misalnya, mempunyai tradisi yang unik yaitu menggemukan calon pengantin perempuan sebelum mereka menikah. Calon pengantin perempuan ditempatkan di runag khusus, tidak boleh melakukan aktifitas fisik yang berat dan disuguhi berbagai macam makanan yang mereka sukai. Tujuannya agar mereka tampak lebih gemuk dan cantik saat pesta perkawinan dilangsungkan.
Euforia tentang perempuan langsing baru diminati sekitar tahun 1960-an terutama ketika media massa dan dunia industri mulai gencar bermunculan. Perempuan saat itu mulai dianggap bisa ikut mencari nafkah di dunia industri dan bersaing dengan laki-laki. Kondisi ini pada akhirnya menampikan atau meniadakan perempuan sebagai simbol kesuburan. Dalam prakteknya mungkin ada anggapan perempuan yang gemuk atau berbadan gendut dianggap kurang lincah untuk bersaing di dunia industri.
Yang tak bisa dihindari lagi, mediapun kemudian menampilkan sosok-sosok perempuan berbadan kurus, bahkan ceking sehingga mempengaruhi selera orang. Maka sejak itulah tubuh perempuan yang dianggap ideal adalah mereka yang bertubuh langsing.
Tetapi perjuangan para perempuan bertubuh gemuk tak diam di tempat begitu saja. Karena mereka menolak untuk ditentukan oleh media, maka beberapa negara saat ini yang memiliki gerakan dan menaruh perhatian serius kepada para perempuan yang bertubuh gemuk dan gendut bereaksi keras. Mereka melakukan aksi turun ke jalan, kampanye dan seminar untuk menolak stigma perempuan menaraik dan lebih diminati mereka yang berbadan kurus.
Mereka berteriak bahwa kegendutan atau kegemukan mereka sesuatu yang wajar, tidak memalukan bahkan bisa membanggakan. Beberapa lembaga dan yayasan perempuan gemuk di berbagai negara bahkan menyerukan slogan "big is beauty" atau "big is always happy". Di Tanah Air artis yang bertubuh gemukpun mendapat tempat yang tidaka dipersoalkan melihat berat badan mereka. Sederet nama seperti almarhum Tarida Gloria, Tika Panggabean, Dewi Hughes, Atie (bintang sinetron Suami-suami Takut Istri), Nania Idol dan sebagainya memiliki talenta yang membanggakan meski bertubuh besar.
Di Inggris, cara unik yang dilakukan untuk memperingati Hari Tanpa Diet pada setiap tanggal 6 Mei dirayakan dengan cara melakukan piknik beramai-ramai menyantap aneka hidangan, makanan dan kue-kue lezat dan berkampanye menyerukan supaya perempuan bisa menerima bentuk tubuhnya (yang gemuk, gendut atau besar) apa adanya. HADRIANI P/the biggest