TEMPO Interaktif, Jakarta -Bagi Roland Adam, Imlek tak selalu identik dengan warna merah, tapi juga biru. Keramik Cina berwarna biru-putih menjadi inspirasinya ketika merancang kamar tidur beserta sofa bernuansa Imlek. Batik Cirebon berwarna biru-putih dari parang kencana menjadi aksesori yang menghiasi dinding, bantal, dan seprai.
Lain lagi Ary Juwono. Dia memanfaatkan beragam warna untuk menghadirkan visualisasi yang kaya. Ary memilih meja dari kayu solid berwarna tua dengan piring putih yang kontras untuk ruang makan dengan dinding kuning cerah berhias lukisan pop perempuan Cina. Semburat merah sendiri dijadikan aksen di lampu gantung.
Sementara itu, Yuni Jie merancang foyer dengan warna merah yang dominan di dinding. Meja pajangan Cina berwarna putih menjadi penyeimbang kuatnya warna merah. Foyer bergaya modern itu mendapat sentuhan klasik dari desain furnitur dan lampu yang ditampilkan.
Selain ketiga perancang interior ini, masih ada sembilan desainer interior lain yang merancang ruang-ruang bertema Imlek pada pameran yang digelar Galeri Elite Grahacipta di kantornya di Jalan Kiai Maja No. 6, Jakarta Selatan. "Pameran ini menampilkan karya 12 desainer interior untuk menyambut tahun kelinci emas," kata L. Shinta Gouw, Marketing Manager Elite Grahacipta.
Perayaan Imlek atau tahun baru dalam penanggalan Cina mulanya dilakukan oleh para petani Cina untuk menyambut musim semi serta sebagai wujud syukur dan harapan untuk tahun depan. Pada perkembangannya, hampir semua etnis Cina di mana pun berada merayakan malam tahun baru Imlek dengan bersantap di rumah. Kemudian mereka begadang semalam suntuk dengan pintu rumah dibuka lebar-lebar. Konon rezeki bisa masuk ke rumah dengan leluasa pada malam ini.
Imlek juga menjadi ajang silaturahmi antarkeluarga dan rekan kerja. "Karena ini merupakan agenda yang penting, galeri kami menggelar pameran furnitur, lampu, dan aksesori interior bernuansa Imlek," kata Shinta. Ia berharap pameran ini dapat membantu para pengunjung bila ingin mengganti suasana rumah untuk menyambut Imlek.
Imlek, yang identik dengan acara kumpul dan bersantap, menjadikan ruang makan dan ruang tamu penting. Namun pameran yang dibuka mulai Rabu pekan lalu hingga pekan depan itu tak hanya menyuguhkan interior dua ruangan utama ini, tapi juga ruangan lain yang sifatnya lebih khusus, misalnya ruang tidur atau perpustakaan. "Kami memberikan banyak pilihan bagi para pengunjung yang ingin mengubah tatanan ruangnya menjelang Imlek," kata Shinta.
Shierley Gouw, putri Shinta, juga turut ambil bagian dalam pameran ini. Dia merancang ruang apartemen bergaya chinoiserie di lantai tiga galeri ini. Chinoiserie sendiri merupakan gaya kombinasi Eropa dan Asia yang elegan. Kertas dinding berwarna putih pilihannya dipadankan dengan partisi dinding dan lantai kayu berwarna gelap. Gayanya cenderung bersih dan plain dipadankan dengan lampu gantung baccarat yang mewah.
Hendramianto Syamsulhadi dan Joke Roos menampilkan tatanan ruang yang unik. Tak seperti desainer lainnya, yang merancang ruang interior fungsional, keduanya menampilkan ruangan keluarga bergaya papan konsep. Lampu gantung baccarat yang terdiri atas 48 lampu digantung hanya 60 sentimeter dari lantai. "Lampu gantung ini merupakan masterpiece yang bisa dinikmati secara utuh dari jarak dekat," kata Joke Roos. Penempatan meja dan furnitur lainnya juga sengaja dibuat tak simetris, "Sesuai dengan gaya papan konsep," katanya.
Busana cheongsam atau Shanghai dress yang mulai populer pada era 1920-an menjadi inspirasi Agam Riadi dalam merancang ruang makan. Kursi dan meja makan klasik dipadankan dengan warna-warni cerah dari lampu gantung yang menyorotkan optimisme dan keceriaan pada tahun baru.
Gaya interior Cina klasik dipadankan dengan gaya modern oleh duo Eko Priharseno dan Reza Wahjudi. Keduanya menggabungkan gaya modern dari lampu gantung serta dinding bertekstur dengan sofa dan kursi bergaya klasik. Gaya modern-klasik dengan sentuhan Cina juga menjadi pilihan Fifi Fimandjaja dan Anita Boentarman. Fifi merancang ruang perpustakaan, sedangkan Anita merancang ruang tamu. Adapun Prasetyo Budhi merancang ruangan bergaya taman ajaib. Suasana hutan dari luar dibawa ke ruang interior melalui warna burung yang dipadankan dengan furnitur mewah.
Para desainer interior yang mengikuti pameran ini menonjolkan sentuhan personal masing-masing, seperti Ary Juwono, yang rancangannya bergaya eklektik, atau Yunie Jie, yang garis rancangannya modern. "Mereka bukan semata-mata merancang gaya Imlek, tapi juga merancangnya dengan gaya masing-masing. Ada yang memadankannya dengan warna-warna yang tak biasa," kata Shinta. "Yang terbiasa mendesain eco-minimalis juga bisa merancang dengan menggunakan furnitur elite yang cenderung klasik," dia melanjutkan.
| AMANDRA MUSTIKA MEGARANI