Salah satu percakapan yang menarik dari novel ini tatkala Muhammad Hatta membujuk isteri Sjafruddin, Lily, agar merelakan suaminya berangkat ke Bukittinggi yang waktu itu menjadi Ibukota Sumatera Tengah. “Zus Lily, saya pinjam suamimu sebentar,” ujar Hatta sopan. “Ada tugas yang harus beliau lakukan sebagai Menteri Kemakmuran. Saya janji hanya beberapa hari saja,” katanya.
Bujuk rayu Hatta sebenarnya tak meluluhkan hati Lily. Dia merasa berat melepas suaminya yang memang jarang di rumah. Lily seolah terpaksa merelakan kepergian suaminya itu. Sjafruddin akhirnya pergi ke Bukitting tapi tidak beberapa hari seperti janji Hatta. Sjafruddin malah menjadi Presiden PDRI selama 207 hari. Kekuasaan Republik Indonesia yang hanya meliputi Yogyakarta, Aceh, dan Bukittinggi itu dipertahankan mati-matian oleh pendiri bangsa ini.
Hatta yang memprediksi Soekarno dan dirinya bakal ditahan Belanda segera memberi mandat Sjafruddin melanjutkan pemerintahan, agar tak terjadi kekosongan kekuasaan.
Novel setebal 370 halaman ditulis oeh Akmal Nasery Basral, mantan wartawan Tempo. Novel ini terdiri dari 11 bab. Akmal adalah penulis buku "Sang Pencerah" yang mengisahkan perjalanan Kiai Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah.
Selain novel ini Biografi Sjafruddin yang ditulis Ajip Rosidi diterbitkan kembali oleh panitia peringatan Satu Abad Sjafruddin yang diketuai oleh Mantan Wakil Ketua MPR AM Fatwa. Biografi yang berjudul “Sjafruddin Prawiranegara, Lebih Takut Kepada Allah SWT” itu ditulis 26 tahun silam.
AKBAR TRI KURNIAWAN