Inilah yang ingin ditunjukkan dalam buku ini. J. Sudrijanta, penulisnya, menyajikan model meditasi non-konsentratif untuk mencapai keheningan itu. Meditasi yang dimaksudkan adalah meditasi tanpa obyek. Tidak ada gambar, imajinasi, simbolisasi, visualisasi, fokus, tema, atau konsep saat bermeditasi.
Jika kebanyakan meditasi memakai daya konsentrasi pikiran ke satu pusat atau titik tertentu, meditasi tanpa obyek justru menisbikan pikiran. Ketika pikiran tak terpakai, segala sesuatu hadir seutuhnya, murni. Ego atau diri pun menjadi luruh. Ini adalah dampak dari kesadaran (eling) terus-menerus terhadap gerak batin. Sehingga batin selalu berada dalam keadaan hening (suwung).
Jika kita bisa melakukan aktivitas sehari-hari dengan batin hening, kita dapat memandang orang lain dan keadaan di sekitar kita dengan cara berbeda: tidak lagi mementingkan egonya. Kita akan melihat segala sesuatu dengan persepsi murni, tanpa dijejali pikiran dan perasaan yang telah terekam di memori otak.
Lewat dialog-dialog singkat di buku ini, pembaca dengan mudah dapat memahami olah batin melalui metode ini. Setiap orang dapat melakukan meditasi tanpa obyek ini di mana saja dan kapan saja. Tidak perlu tempat khusus dengan guru atau pendamping. Meditasi ini juga bisa dilakukan oleh siapa pun. Suatu pencarian bersama dalam konteks multi-religius.
Jadi, buku ini bukan panduan meditasi menurut doktrin Katolik, melainkan lebih sebagai cermin agar kita untuk bisa melihat dengan jernih batin kita sendiri dan memahaminya.
* Cendrawati Suhartono
Judul buku: Meditasi Sebagai Pembebasan Diri
Pengarang: J. Sudrijanta, S.J.
Penerbit: Kanisius
Cetakan: I, Februari 2011
Tebal: 208 halaman