Abdul Haris, 51 tahun, adalah pelatih burung perkutut yang tinggal di Makassar. Daeng Tayang, panggilan akrab Haris, mulai menggemari melatih burung perkutut sejak 1982. Ia meneruskan hobi ayahnya, yang meninggalkan dua ekor burung perkutut. Konon kedua ekor burung tersebut diperoleh ayahnya saat berangkat ke Magelang, Jawa Tengah. "Sejak saat itu saya sering melihat ayah mengajak burungnya bersiul," ujar dia. Daeng Tayang mengaku mendapat kesenangan tersendiri saat mendengar burung peliharaannya bernyanyi. "Ada suatu kepuasan mendengar mereka berkicau," katanya.
Daeng Tayang terus mendalami hobi ayahnya. Tapi pada 1992, ia menjual burung perkutut peninggalan ayahnya untuk biaya pernikahan. Saat itu burung perkutut miliknya menempati peringkat dua pada perlombaan tingkat daerah. Seorang camat dari Kabupaten Bone menawari burung tersebut, lalu membelinya.
Saat menjual burung itu, Daeng Tayang mengaku harus mengetahui sosok pembelinya. Karena ia menginginkan pembeli burung perkutut miliknya haruslah orang yang bisa merawat burung dengan baik. "Saya menjual seekor burung perkutut dengan harga Rp 750 ribu," ujarnya. Harga tersebut pada masa Orde Baru terbilang mahal.
Kini Daeng Tayang telah memiliki dua anak dari hasil pernikahannya. "Hobi tersalur, penghasilan juga berjalan," kata dia. Selain melatih burung perkutut bernyanyi, ia beternak burung sebagai sumber mata pencarian. Bahkan beberapa perabot di rumahnya merupakan hasil dari beberapa pertandingan yang ia ikuti. Keahliannya melatih burung pun menjadi sumber nafkahnya.
Pria kelahiran 1960 ini mengatakan untuk memelihara burung perkutut, harus melalui beberapa tahapan yang cukup rumit. Daeng Tayang kemudian bercerita tentang cara memelihara burung perkutut mulai dari proses penetasan. Misalnya, telur harus dipisah untuk dierami induknya. Setelah menetas, telur kemudian dipindahkan lagi ke induk yang berbeda. Kali ini Daeng Tayang menggunakan burung puter yang penyayang serta dipercaya dapat membantu kelancaran hasil penangkaran manusia agar cepat berkembang biak.
Untuk urusan makanan, Daeng Tayang memberi sejenis obat tulang bagi perkutut berumur di bawah dua bulan. Saat berusia di atas dua bulan, perkutut diberi millet putih dan gabah, ditambah vitamin yang dibeli di toko obat.
Jika burung peliharaannya mengalami stres atau cacingan, Daeng tayang segera memberi tambahan minyak ikan pada makanan atau minumannya. Saat akan mengikuti kompetisi, burung perkutut biasanya diberi kacang hijau yang telah direndam semalaman.
Untuk memperoleh anak burung yang bagus, dibutuhkan perkawinan silang. Contohnya, perkutut jantan Indonesia dikawinkan dengan perkutut betina asal Hong Kong. Tetapi, kata Daeng, untuk mendapatkan burung betina dari Hong Kong agak sulit. Karena prosedur perizinan mengirim ataupun membawa burung melalui bandara cukup rumit. "Kalau melalui karantina hewan memakan waktu lama. Belum lagi banyak kasus hewan bisa cacat sebelum sampai ke pemesan," katanya.
Meski demikian, Daeng Tayang terus mendalami hobi dan mencari bibit unggul hasil ternaknya. "Mendengarkan kicauan burung itu tak ubahnya menikmati alunan musik. Terlebih kicauan burung yang bisa mencapai 10 menit lamanya dengan cengkok layaknya lagu dangdut," katanya.
| KAMILIA
Atasi Burung Jago Kandang
Abdul Haris alias Daeng Tayang, pelatih burung perkutut, pernah melihat seekor burung milik pesaingnya tak mau berkicau saat pertandingan. Padahal burung itu dibeli dengan harga cukup mahal, yakni Rp 5 juta. "Itu namanya jago kandang," kata Daeng Tayang. Untuk mengatasinya, kata dia, seharusnya burung dibawa berjalan-jalan dan bergabung dengan burung lainnya. Hal ini merupakan bagian dari perawatan burung peliharaan. "Jadi burung bisa beradaptasi saat turnamen," katanya. Setiap pekan Daeng Tayang membawa burung perkututnya ke pasar burung di Jalan Toddopuli.
Selain itu, burung harus dijemur setiap minggu selama dua jam. Begitu juga dengan pembersihan kandang, harus rutin dilakukan. "Intinya dirawat penuh kasih sayang," ujar Daeng Tayang. Tempat air minum dan makanannya pun, dalam dua hari, harus selalu dibersihkan untuk menghindari stres pada burung.
"Jika burung terlihat liar di dalam kandang, maunya terbang terus, itu pertanda burung sedang stres," katanya. Tapi, ia mengingatkan, saat stres, burung jangan langsung ditangkap karena bisa mati. Menurut Daeng Tayang, sebaiknya dibuat tenang terlebih dulu dengan mengajaknya bersiul dari kejauhan. Setelah itu, pindahkan burung ke tempat yang lebih bersih. Perkutut biasanya bisa berkicau saat berumur dua bulan. "Jika kicauan burungnya terdengar tidak indah, lebih baik burung tersebut dilepas," katanya.
| KAMILIA