TEMPO Interaktif, Jakarta - Penyakit tak pandang umur. Baik tua maupun muda, ada saja orang yang terserang penyakit. Bisa karena faktor keturunan, kecelakaan, atau gaya hidup yang mengundang penyakit. Tak jarang memberantas beberapa penyakit perlu dilakukan dengan cara operasi bedah.
Namun, bagaimana bila operasi pembedahan dilakukan pada buah hati Anda? Anda pasti sedih dan kasihan kepada anak Anda yang harus terbaring di meja operasi. Tapi operasi harus dijalani guna membuat kesehatan anak Anda lebih baik. Lalu apa saja yang perlu dipersiapkan?
Ada beberapa langkah yang bisa Anda persiapkan. Dalam laman about.com, langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah mencari informasi mengenai penyakit dan operasi yang akan dijalani. Kenapa? Agar Anda bisa menjelaskan kepada anak Anda ketika mereka ingin mengetahui operasi yang akan mereka jalani.
Anda bisa menjelaskan mengenai operasi ini sesuai dengan umur dan pemahaman anak. Ingat, pemahaman anak berbeda dengan pemahaman orang dewasa. Anda bisa mengemas penjelasan ini menjadi cerita indah yang biasanya mereka dengar. Menurut PresidenPerhimpunan Bedah Endo-Laparoskopik Indonesia, Dr Errawan Wiradisuria, SpB-KBD, MKes, operasi pada anak-anak dilakukan selayaknya operasi pada orang dewasa. Maka persiapan yang dilakukan juga nyaris persis sama. Hanya, ada beberapa perbedaan. "Misalnya, lamanya puasa sebelum operasi, peralatan, atau kadar obat bius," kata spesialis bedah dari RSUP Persahabatan, Jakarta, ini.
Dr Errawan menjelaskan, sebelum operasi, seseorang harus berpuasa dulu agar metabolisme tubuh bisa istirahat. Selain itu, pada operasi bedah bagian dalam (perut), perut yang kosong bisa memberi ruang yang lebih luas daripada saat perut terisi. "Untuk anak, biasanya puasa selama 3-4 jam," kata dia.
Baca Juga:
Peralatan yang digunakan untuk pembedahan pada anak ukurannya lebih kecil daripada ukuran untuk orang dewasa. "Karena ukuran tubuh anak yang lebih kecil daripada orang dewasa," kata Dr Errawan. Biasanya, dia melanjutkan, peralatan ukuran kecil digunakan untuk anak usia 13 tahun ke bawah. Sedangkan peralatan untuk usia di atas 13 tahun sama dengan orang dewasa. Untuk kadar obat bius yang digunakan, jumlahnya bervariasi. "Bergantung pada berat badan anak."
Kedua, jaga kondisi fisik dan emosional Anda. Anda tentu ingin menunggui anak Anda yang hendak menuju meja operasi dan selama masa perawatan. Tapi jangan sampai Anda menguras tenaga sampai habis atau malah sakit. Diskusikan dengan pasangan atau keluarga. Bagi jadwal menunggu anak dengan mereka.
Jangan cemas, apalagi memamerkan kecemasan Anda di depan anak. Banyak anak akan mengadopsi sikap orang tua mereka. Jika orang tua sedang ketakutan atau histeris, anak jauh lebih mungkin takut atau histeris. Penting juga menjaga sikap Anda agar sesuai dengan kata-kata. Jika Anda bilang "akan baik-baik saja", tapi bahasa tubuh Anda memperlihatkan "ketakutan", anak biasanya akan mengadopsi sikap takut dari kata-kata Anda.
Terakhir, jangan paksa anak untuk berani. Anak-anak perlu didorong untuk berbicara tentang ketakutan mereka sebelum operasi dan rasa sakit setelah operasi. Anak-anak perlu didorong untuk mendiskusikan ketakutan mereka, sehingga bisa didiskusikan dan diatasi.
Mengenai trauma pasca-operasi, menurut Dr Errawan, itu merupakan hal biasa. Dia menjelaskan, trauma pasca-operasi ada dua jenis: fisik dan psikis. Trauma fisik meliputi kondisi fisik berupa luka-luka bekas operasi. Sedangkan trauma psikis, anak-anak biasanya didampingi orang tuanya jika operasi sudah kelar.
| NUR ROCHMI