Studi tersebut menyimpulkan, makan bersama keluarga secara langsung dapat meningkatkan kualitas kesehatan anak penderita asma. Perbincangan ringan yang berlangsung di atas meja makan rupanya berpengaruh terhadap cara kerja paru-paru, redanya gejala asma, bahkan kualitas hidup anak. Kesimpulan itu mereka tuangkan dalam jurnal Child Development edisi Januari-Februari lalu.
Kesimpulan tersebut diambil setelah peneliti mengamati anak-anak usia 5-12 tahun yang menderita asma persisten di 200 keluarga. Anak-anak yang menderita asma persisten lebih sensitif dan rentan kambuh dibanding penderita asma pada umumnya.
Melalui kamera video yang disiapkan secara tersembunyi, perilaku anak-anak selama makan direkam dan dikaji pengaruhnya terhadap penyakit asma mereka. Dari rekaman video di 200 keluarga, secara umum tergambar bahwa makan bersama rata-rata berlangsung selama 18 menit.
Nasya Vaisaradya, 23 tahun, mengaku saat kecil dulu nyaris tidak pernah terserang asma saat sedang berkumpul dengan keluarga, seperti makan bersama. “Sejak kecil saya punya kebiasaan makan malam bersama keluarga. Tapi apakah itu berpengaruh terhadap asma, saya baru ngeh sekarang,” ujarnya kepada Tempo, Kamis (31/3).
Perempuan yang bekerja di bidang desain dan multimedia itu mengaku, asma lebih sering menyerang jika dirinya terlalu capek, menghirup debu, atau ke lingkungan yang dingin. Melakukan terapi penguapan (inhalasi) dan penyinaran dengan infra merah rutin dilakukan hingga lepas bangku sekoklah dasar.
“Sejak SMP sih frekuensi terapi berkurang, tapi sekarang obat inhaler selalu siap di tas saya,” kata Nasya.
Faisal Yunus, ahli penyakit paru-paru dari Universitas Indonesia membenarkan hasil penelitian Universitas Illinois. Menurut dia, ada dua hal positif yang didapat anak penderita asma dari rutinitas makan bersama keluarga.
Pertama, menurut Faisal, aktivitas si kecil lebih mudah dipantau oleh orangtua. Begitu juga dengan makanan yang dimakan olehnya. “Orangtua jadi tahu apakah si anak makan makanan yang dapat memicu asma atau tidak,” katanya. Makanan yang dapat memicu asma antara lain bumbu-bumbu yang mengandung penyedap, bahkan cokelat.
Kedua, rutinitas makan bersama berpengaruh positif terhadap keadaan psikis dan emosi anak. Hal tersebut secara langsung membuat anak lebih kuat menangkal faktor-faktor pemicu kambuhnya asma. “Ambang batas toleransi terhadap faktor pemicu naik sehingga lebih jarang terkena asma,” kata Faisal
Ia menceritakan, sebelumnya pernah ada penelitian yang menyatakan bahwa anak dalam lingkungan keluarga tidak harmonis lebih sering terserang gejala asma. Sedangkan yang keluarganya harmonis sebaliknya. “Penelitian itu terbukti,” kata ketua Dewan Asma Indonesia tersebut.
ANANDA BADUDU
Makan dengan Riang
Karena interaksi selama di meja makan tergolong singkat, para ahli dari Universitas Illinois, Rochester Medical Center, dan Upstate Medical Center menyarankan beberapa hal, seperti;1. Fokus
Saat berada di meja makan adalah kesempatan anda menanyakan aktivitas anak terbuka lebar. Karena itu hindari menerima telepon, mengetik pesan singkat, atau menonton televisi saat makan bersama.
2. Bicarakan hal-hal positif
Bangun suasana di makan yang santai, riang, bahkan jenaka. Hal ini akan membuat frekuensi kambuhnya anak penderita asma berkurang. Jangan ubah meja makan menjadi meja interogasi anak. Sebab keadaan stres dan terintimidasi dapat memicu asma si kecil kambuh.
3. Tertawa
Jangan terburu-buru angkat kaki kalau sudah tuntas menyantap makanan. Duduklah lebih lama di meja makan, jangan ragu meneruskan obrolan, bercanda, dan tertawalah lepas. Setiap tawa dan obrolan tak hanya bermanfaat bagi keluarga anda, tapi juga kesehatan si kecil.
Bila Anak Terserang Asma:
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan jika anak terkena serangan asma, yaitu:a. Berikan dan membantunya menggunakan obat semprot inhaler.
b. Membantu anak ke posisi yang nyaman terutama duduk tegak sambil
bersandar, jangan memposisikan anak untuk tiduran.
c. Cobalah untuk mengajak anak bernapas perlahan-lahan dan dalam.
d. Berikan anak ruang yang cukup lapang agar tidak bertambah sesak.
e. Usahakan untuk memberikan ventilasi udara yang baik seperti membuka
jendela atau pintu jika diperlukan.
f. Jika setelah 3 menit tidak ada perubahan, cobalah untuk memberikan obat
inhaler kembali.
f. Jika obat inhaler tidak memberikan pengaruh atau bertambah parah setelah
5 menit, cobalah untuk memberikan obat semprot setiap 5-10 kali sambil
membawa anak ke dokter untuk mendapatkan pertolongan medis.
Childrenfirst.nhs.uk