TEMPO Interaktif, SURABAYA -- Jangan minder bila kepala Anda botak. Sebab masih ada cara untuk menumbuhkan rambut agar pulih lebat seperti sedia kala. Melalui metode transplantasi atau cangkok rambut menggunakan sinar laser, masih ada harapan bagi anda untuk bisa kembali tampil sempurna. "Dunia Anda belum kiamat," kata dokter Bambang Soegianto, 59 tahun, pemilik Trans Hair Clinik di Jalan Dr Soetomo Surabaya kepada Tempo, Jumat (1/4)lalu.
Pencangkokan rambut dengan metode Micograft Laser Technologi seperti yang dikembangkan Bambang terbukti dapat mengatasi kebotakan yang disebabkan oleh faktor keturunan, kelebihan hormon dihydrotestoteron, luka bakar, luka operasi, luka kecelakaan dan penyakit kulit.
Bambang membutuhkan waktu rata-rata 6 – 8 jam untuk mentransplan rambut. Bila rambut yang ditransplan sebanyak 200 graft, enam jam biasanya sudah kelar. Selain rambut, Bambang juga mampu mentransplan kumis, jenggot, godheg,alis dan bulu dada.
Namun, kata Bambang, bulu atau rambut yang dicangkok tersebut harus berasal dari orang yang sama. Karena itu rambut yang akan ditransplan ke kepala pasien harus diambilkan dari bulu milik pasien itu sendiri. “Tidak bisa mencangkok dari rambut orang lain karena jenisnya berbeda,” ujar Bambang yang enggan mengungkapkan biaya transplantasi di kliniknya.
Pria kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur itu menambahkan, kebotakan lebih banyak dialami laki-laki ketimbang perempuan. Di usia antara 20 – 50 tahun, kata dia, satu dari tiga lelaki umumnya akan mulai mengalami kebotakan. Biasanya kebotakan itu terjadi di kepala bagian kanan, kiri dan depan.
Baca Juga:
Menurut Bambang, selama ini banyak orang percaya pada mitos tentang penyebab kebotakan. Yakni karena pemakaian minyak rambut berlebihan, shampoo tidak cocok atau pengaruh obat-obatan. “Mitos itu tidak sepenuhnya benar, karena kebotakan akibat shampoo, minyak rambut, stress dan obat-obatan masih bisa tumbuh kembali,” kata Bambang yang mendalami ilmu transplantasi rambut di Jerman pada 2002 lalu.
Tak sedikit klien Bambang yang berasal dari kalangan pejabat tinggi di tingkat pusat maupun daerah. Umumnya mereka datang karena minder dengan kepalanya yang botak. Karena kebotakan itulah, kata Bambang, pejabat-pejabat itu hampir tak pernah copot kopiah ketika tampil di depan umum. “Mereka mengeluh kurang percaya diri karena kepalanya botak,” kata Bambang yang enggan menyebutkan nama-nama pejabat tersebut.
Sebelum mendalami transplantasi rambut, Bambang mengantongi gelar spesialis bedah umum dari Universitas Munster, Jerman pada 1984. Adapun gelar dokter umum telah dia raih pada 1976 dari Universitas Vienna, Austria. “Saya tertarik ilmu transplantasi rambut karena masih langka di Indonesia,” ujar dia.
I KUKUH S WIBOWO