Desain berbagai warna yang menyegarkan mata dan senada dengan warna tulisan kanji pada permukaan kartu tak pernah membuat Irmawati, pemilik koleksi ini, merasa bosan. Tidak hanya gambar pemandangan, kartu telepon ini juga bergambar tokoh-tokoh kartun dan budaya Jepang.
"Ini sebuah memorabilia benda kenangan saat di Jepang," kata dia. Ibu satu anak ini mulai mengoleksi kartu bergambar sejak 2001. Saat itu ia mendapat dana dari kampusnya melakukan pelatihan percakapan bahasa di Jepang. "Kebetulan mendapat rezeki setelah menyelesaikan studi D3 di Sastra Jepang," kata alumnus Universitas Hasanuddin ini.
Ketika itu, ia tinggal di Desa Sanbe, Prefektur Shimane, Jepang. Kondisi yang berjauhan membuat ia selalu ingin menghubungi keluarganya di Makassar. "Demi menjaga silaturahmi, komunikasi harus lancar," kata Irma, sapaan akrabnya. Kartu telepon di Jepang, kata Irma, terbilang cukup mahal. Sebagai pendatang di Negeri Matahari Terbit itu, ia harus berhemat. Sebab, ia berkunjung ke sana dalam rangka studi. "Bukan bekerja, jadi harus hemat," katanya. Saat membeli kartu telepon, perempuan kelahiran 1979 ini telaten memilih gambar. Kartu telepon dengan gambar unik berciri khas Jepang menjadi pilihan pertamanya. Ia pun menyimpan satu per satu kartu telepon itu.
Suatu hari, Irma mendapat "rezeki nomplok". Saat hendak menelepon di telepon umum di gedung Wali Kota Shimane, Matsue-shi, ia menemukan kotak kecil di dekat telepon umum tersebut. Dengan rasa penasaran, Irma membuka kotak itu. Ternyata isinya penuh dengan kartu telepon yang telah habis terpakai. Ia pun bertanya kepada Koji Hara, pemilik rumah yang ia tempati selama berada di Jepang. "Bisa saya ambil?" katanya dalam bahasa Jepang.
Menurut Koji Hara, yang dipanggil "kakek" oleh Irma, kotak kecil itu memang dikhususkan untuk tempat pembuangan kartu telepon yang telah habis terpakai. Keberuntungan Irma tidak hanya sebatas itu. Saat ia mengambil kartu-kartu tersebut, petugas di depan telepon umum melihatnya. Si petugas pun mengeluarkan kotak berukuran lebih besar berisi kartu telepon bekas. "Semenjak itu saya mulai mengoleksinya," kata Irma.
Baca Juga:
Sejak itu, ia rajin mengecek kotak kartu setiap kali melewati telepon umum. Kini Irma memiliki sedikitnya 1.000 kartu dengan gambar berbeda. Kalaupun ada yang sama, Irma memilih menjualnya saat mengikuti pameran. "Awalnya, sih jarang yang berminat untuk membeli. Tapi saat pesta budaya Jepang di pusat perbelanjaan, Februari lalu, peminatnya cukup banyak," katanya. Selama pameran, ia mengantongi Rp 300 ribu dari hasil penjualan kartu bekas itu.
| KAMILIA
Dianggap Kolektor Sampah
Mengoleksi barang bekas berupa kartu telepon umum membuat Irmawati sering mendapat komentar dari teman-temannya. Dia dianggap hanya mengoleksi sampah. "Ih, koleksi sampah," kata dia meniru ejekan temannya. Irma tak peduli ejekan itu. Sebab, dengan kartu bekas tersebut, ia bisa mengenang kisahnya saat berada di Jepang.
Sayangnya Irma tak bisa lagi menambah koleksinya. Seiring berkembangnya zaman, teknologi pun ikut berkembang. Pola komunikasi masyarakat perlahan bergeser. Kini Jepang tidak lagi menggunakan telepon umum untuk berkomunikasi. "Ponsel telah merajalela dengan segala kemampuannya. Internet juga berkembang dengan segala kecanggihannya sebagai media komunikasi jarak jauh," katanya sambil mengeluh. Kartu-kartu seperti itu kini tak lagi diproduksi.
Meski demikian, ia tak patah semangat. Sebab, Koji Hara, pemilik rumah yang ia tempati selama di Jepang, masih sering mengirim perangko, baik bekas maupun baru. "Selama bertema Jepang, saya senang melihatnya," kata dia. Selain itu, ia mengoleksi boneka, kartu pos, dan kliping berita unik tentang Jepang.
| KAMILIA
Tip Mengoleksi Kartu
1. Pilihlah tema koleksi yang memang disenangi. Akan lebih baik kalau benda yang Anda koleksi ada hubungannya dengan latar belakang Anda, baik latar belakang budaya, pekerjaan, maupun lainnya.
2. Usahakan ada penyimpanan khusus bagi kartu-kartu yang telah dikoleksi.
3. Jaga kelembapan kartu dengan menyimpannya di tempat kering.
4. Kartu yang disimpan menggunakan plastik sebaiknya dibuka sekali sebulan. Agar gambarnya tidak lengket pada plastik.
5. Usahakan memiliki lebih dari satu kartu telepon dengan gambar yang sama agar bisa melakukan barter jika bertemu kolektor lain.
6. Sering membawa satu koleksi yang telah ditata rapi agar dapat diperlihatkan kepada orang lain. Ada kemungkinan mendapat tambahan koleksi lebih besar lagi dari orang yang mengetahui hobi Anda.
| KAMILIA | BERBAGAI SUMBER