TEMPO Interaktif, Shanghai - Gila kerja alias kerja terus-menerus tanpa jeda dikhawatirkan akan menimbulkan risiko kematian pada usia muda. Seperti yang menimpa Pan Jie, 25 tahun, yang meninggal dunia pada 10 April lalu. Penyebab kematian Pan Jie memang masih diperdebatkan, tapi beberapa survei memberi bukti buruknya kebanyakan bekerja.
Pan Jie merupakan auditor junior PricewaterhouseCoopers Shanghai. Kematiannya menimbulkan perdebatan dan kegemparan. Hal ini terkait dengan kelebihan jam kerja yang menjadi momok kesehatan pekerja kerah putih.
Media setempat memberitakan Pan Jie meninggal dunia setelah tertular kasus meningitis otak akut yang berkembang dari virus flu. Sebelumnya dia pernah mengeluhkan tentang sakitnya.
“Setiap kesempatan istirahat, demam malah datang,” tulis Pan Jie di blog mikronya akhir bulan lalu. Sehari setelahnya, dia pun menuliskan sel darahnya anjlok menjadi 1.800 saja.
Memang tak ada bukti yang menjelaskan hubungan kematian Pan dan perusahaannya kecuali mikro blogging-nya. Namun, hari-hari sebelum kematiannya, dia selalu mengeluhkan kondisi kesehatannya yang memburuk. Dia merasakan perasaan lelah dan yakin hal itu karena kebanyakan kerja.
Baca Juga:
Tentu saja kematian Pan ini menggemparkan dan memaksa orang mendiskusikan risiko kesehatan pada pekerja kerah putih. Mereka mendominasi di kota-kota besar seperti Shanghai dan Beijing. Karena kebanyakan kerja dan kelelahan sering menyebabkan berbagai penyakit.
Pada 2010, Asosiasi Dokter dan Rumah Sakit Cina memaparkan hasil survei mereka. Lebih dari 60 persen pekerja kerah putih di kota-kota besar ini harus menghadapi risiko tertular penyakit akibat kebanyakan kerja.
Menurut para dokter itu, penyakit muncul karena kombinasi jam kerja yang panjang, kurang olah raga, dan pola makan yang buruk. Hasil survei mengatakan umumnya para pekerja kerah putih menderita kolesterol tinggi, penyakit hati, leher, dan sakit punggung meski lebih rendah tingkatnya.
Asosiasi dokter juga menunjukkan hasil survei tentang kesehatan para karyawan industri manufaktur, keuangan, dan pendidikan.
DIAN YULIASTUTI | ASIAONE