Masalah sampah plastik dan sterofoam yang membludak bukan hanya dihadapi Jakarta namun hampir semua kota di Indonesia bahkan skala internasional. Kepulauan yang berisi sampah pun sudah semakin banyak di dunia. Karena setiap harinya setiap orang sudah pasti membuang sampah, sementara sifat disiplin membuang sampah pada tempatnya hanya dilakukan segelintir orang saja.
"Sampah hanya bisa didaur ulang saat terkumpul secara kolektif, karena biayanya pun mahal jika dilakukan satu persatu," ujar Ketua Asosiasi Produsen Polystyrene (sterofoam) Indonesia, Boni Plando, saat konfrensi pers Greener Living with Oxo Polystyrene, Selasa (26/4) kemarin di Jakarta.
Meski demikian, menurut Boni, sudah ada kemanjuan dari para produsen sterofoam yaitu dengan tidak adanya sampah di pabrik karena telah didaur ulang. Namun permasalahan sampah plastik pun masih bergulir karena penggunaannya sudah bukan pada tingkat pabrik namun pembeli retail yaitu masyarakat luas serta pelaku pasar tradisional.
"Tapi sekarang telah ditemukkan zat tambahan bernama oxium yang bisa mempercepat penguraian plastik dan sterofoam," ujar Ketua Indonesia Solid Waste Association (Inswa), Sri Bebassari.
Dengan adanya oxodegradable polystyrene ini, lanjut Sri, diharapkan bukan saja mengurangi masalah sampah plastik yang tidak terurai. Namun juga menjadi langkah awal bagi produsen dan masyarakat untuk melestarikan lingkungan. Karena meski Undang-Undang mengenai sampah sudah diberlakukan sejak 2008, pemerintah belum mampu memberikan jaminan sertifikat green label. Sama seperti analogi sertifikat halal, sertifikat ini juga nantinya diberikan kepada perusahaan yang berhasil menemukan percepatan terurainya sampah plastik dan sterofoam. RENNY FITRIA SARI
Baca Juga: