Selain itu, Tasik kaya akan kain dan kerajinan lainnya. Sebut saja batik Tasik, kelom geulis yang sudah termasyhur, payung Tasik yang cantik, dan beragam kerajinan lain. Potensi dan khazanah keindahan daerah inilah yang membuat Indonesia Islamic Fashion Consortium (IIFC) meluncurkan Tasik Enterprise: sebuah program pengembangan fashion muslim kolaborasi perancang busana profesional dengan perajin bordir, batik, dan kerajinan asal Tasik.
Produk dari program kolaborasi ini menjadi salah satu bagian yang diperagakan dalam kegiatan tahunan Jakarta Fashion and Food Festival (JFFF) 2011 yang berlangsung beberapa waktu lalu di Grand Ballroom Hotel Harris, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Peragaan ini menyertakan empat perancang busana muslim nasional, yakni Irna Mutiara, Malik Moestaram, Merry Pramono, dan Nuniek Mawardi, yang ditunjuk IIFC menjadi mitra para perajin.
Baca Juga:
Karya empat perancang ini menyajikan puluhan busana muslim yang dikreasikan secara apik, modern, elegan, dan trendi. "Ini pekerjaan yang luar biasa dan bukan soal mudah. Kami sama-sama belajar, para perajin belajar meng-update diri melalui karyanya dengan sentuhan kekinian dari kami. Sementara itu, kami sebagai perancangan harus memahami makna kearifan lokal mereka yang memang sangat sakral dengan nilai-nilai luhur budaya yang lekat dengan proses berkarya mereka," kata Nuniek Mawardi.
Koleksi busana Nuniek yang diperagakan mengusung tema "B(oho)LEND". Terdapat kesan universal dengan menggunakan bahan baku dari Asia, seperti batik, textile origami, bordir Tasik, serta patchwork dan macrame. Nuniek menguraikan inspirasi karyanya dan menjelaskan Tasikmalaya sebagai saksi bisu interaksi berbagai kultur.
"Saya menerapkan gaya bohemianisme sebagai gaya hidup yang tidak konvensional, menyeberang (crossover), dan percampuran (hybrid). Gaya ini merupakan segala interaksi dan akulturasi budaya Tasik," kata perancang berwajah cantik ini.
Pada bagian kedua peragaan, Merry Pramono menampilkan koleksi bertema "Kembang Desa". Dengan 25 buah busana bersiluet modern yang ready to wear, Merry menghadirkan bahan batik khas Tasik yang ringan serta bercorak bright color. "Saya terinspirasi wanita Tasik yang cantik, bersahaja, santun, dan berbudi pekerti luhur, yang menjadi pujaan hati semua orang," ujar Merry.
Selain itu, Merry menyajikan sifat wanita Tasik yang sangat andal berbusana dalam setiap kesempatan memakai bahan tradisional Tasik. "Saya menyajikan tren warna hypercolor S/S 2011 dengan booming-nya aneka warna cerah, seperti pink, turquoise, dan ungu. Serta motif lereng kembang berkombinasi dengan bahan dasar satin, chiffon silk, dan katun."
Adapun Malik Moestaram mengambil tema "Around T World" pada koleksinya yang mengangkat tema batik Tasik seutuhnya. Didominasi warna hijau, kuning, dan biru, ia mampu memperkenalkan batik Tasik yang berbeda dengan batik daerah lainnya kepada pencinta fashion.
Sementara itu, Irna Mutiara mengangkat tema "The Shadow of Katumbiri" yang mengusung konsep perpaduan detail etnik dan kontemporer. Didominasi warna-warna lembut, seperti kuning, biru muda, ungu, dan merah muda, serta dipadukan dengan abu-abu memberi kesan elegan pada 20 koleksinya.
"Saya menyajikan busana muslim pesta ready to wear deluxe." Ia juga menampilkan busana pengantin yang mengangkat detail motif batik Tasikmalaya, seperti rereng, pecah kopi, dan merak ngibing, yang diaplikasikan dengan teknik bordir Tasik.
Tasik Enterprise ini, menurut Eka Shanty, Direktur Eksekutif IIFC, merupakan salah satu realisasi komitmen IIFC dan pemerintah. Komitmen yang dicanangkan sejak Agustus tahun lalu itu adalah upaya mewujudkan Indonesia menjadi kiblat fashion muslim dunia.
Wanita berjilbab ini meyakini Tasik memiliki khazanah keindahan yang bisa
dieksplorasi sedemikian rupa. "Ibarat menguras ceruk, Tasik tak akan pernah habis. Selalu mempesona khazanah keindahan kain beserta kerajinannya," dia menambahkan.
Eka mengibaratkan Tasik Enterprise sebagai ladang bisnis bersama bagi seluruh pihak yang terlibat dengan kemitraan. Semua bisa memberikan kontribusinya sebagai modal usaha. Para perancang memiliki saham di bidang kreativitas dan produksi, perajin memiliki bahan dan material, serta IIFC berperan membuka pasar dan branding produknya.
"Kami menjemput pasar lokal dan global dengan mengeksplorasi keindahan kain dari Kota Seribu Bukit dan Bordir ini," ujarnya.
Tasik Enterprise bukan satu-satunya program kolaborasi. IIFC, menurut Eka, ke depan akan menyiapkan Kota Padang, Makassar, dan daerah-daerah di Nusa Tenggara serta daerah lainnya di Indonesia yang memiliki khazanah keindahan masing-masing. Eka optimistis Tasik Enterprise akan memiliki high value market melalui serangkaian promosi selama Ramadan mendatang dan perhelatan Indonesia Islamic Fashion Fair, baik di dalam maupun luar negeri.
l HADRIANI P