Iklan
TEMPO Interaktif, Washington - Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) akhir pekan lalu menyetujui obat baru untuk penyakit infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Obat yang dibuat oleh perusahaan Tibotec Therapeutics, anak perusahaan Johnson & Johnson Ortho Biotech Inc itu akan dijual dengan merk Edurant, dan diciptakan sebagai kombinasi dengan obat antiretroviral.
Obat itu dapat digunakan oleh penderita dewasa yang belum mendapatkan pengobatan sebelumnya. Edurat dikonsumsi sehari satu kali, berfungsi untuk menghentikan replikasi HIV dan mengurangi tingkat virus dalam darah.
Penggunaan obat ini telah disetujui oleh pemerintah Amerika lewat uji klinis yang melibatkan 1.300 orang yang terinfeksi HIV. Dalam percobaan, pasien diberikan rilpivirine atau efavirenz yang merupakan kandungan obat, yang kemudian dikombinasikan dengan penggunaan obat antiretroviral. Hasilnya, rilpivirine dapat secara efektif seperti halnya efavirenz untuk mengurangi jumlah virus.
Menurut Direktur Produk Antimikroba FDA kata Edward Cox Setelah penelitian selama 48 hari, 83 persen yang mengkonsumsi rilpivirine, dalam darahnya tidak lagi ditemukan HIV. Sementara mereka yang mengkonsumsi efavirens, kandungan virus HIV dalam darahnya berkurang 80 persen.
Namun, obat itu memiliki efek samping. Pasien yang mengkonsumsi efavirenz, kondisinya mudah turun. Sedangkan efek pada rilpivirine adalah depresi, insomnia, sakit kepala, dan bintik merah pada kulit. "Setiap pasien mengalami efek samping yang berbeda-beda pada obat HIV," kata Edward Cox.
TIME | AQIDA
Iklan
![Benjamin Netanyahu. [Middle East Monitor]](https://statik.tempo.co/data/2018/07/12/id_720102/720102_720.jpg)
