TEMPO Interaktif, Makassar - Terang mulai luruh dan gelap mulai datang. Suara azan magrib sayup-sayup terdengar. Kami, rombongan wartawan dari Makassar, memasuki kawasan Lembah Biru sambil mendekap dada menahan dingin. Kancing jaket dipasang rapat-rapat. Lampu-lampu di vila mulai dinyalakan. Ibu Fatimah, pengelola vila di Lembah Biru, menyambut kami dengan sajian makan malam di vila induk. Saat dingin, rasa lapar cepat datang meski di sepanjang jalan kami tak kekurangan makanan.
Lembah Biru adalah kawasan wisata di daerah Malino, Kabupaten Gowa. Jaraknya sekitar 80 kilometer dari Kota Makassar. Seperti namanya, tempat ini berada di sebuah lembah. Di tengahnya terdapat kolam renang yang dikelilingi bangunan vila. Dasar kolam dicat biru, sesuai dengan nama tempat ini. Di sinilah kami menghabiskan waktu selama sehari, menikmati kesejukan pegunungan sambil mengikuti kegiatan outbound.
Matahari pagi tak akan tampak di tempat ini. Sinar mentari tertutup oleh tanaman pinus di sisi lembah. Matahari hanya tampak menjelang siang. Meskipun siang, suasana lembah tetap sejuk. Bagi pengunjung yang tak terbiasa dengan hawa sejuk pegunungan, mereka harus menyiapkan jaket tebal. Sebab, menyentuh air pada pagi hari tak ubahnya seperti menyentuh es balok. Tak mengherankan jika beberapa anggota rombongan kami mandi sambil berteriak menahan dingin, sedangkan anggota yang tak tahan air dingin memilih mandi menjelang siang.
Pagi itu kami telah berkumpul di lapangan tepi kolam. Di sana instruktur Haerul Fitriyanto, yang akan memandu kami bermain, telah menunggu. Pada permainan kali ini, rombongan dibagi dalam beberapa kelompok. Permainan yang kami coba adalah helium stick, titanic, water tower, dan spider web. Sedangkan bagi anggota yang ingin menguji nyali bisa mencoba flying fox dengan mengambil awalan dari pohon di sisi vila dan mendarat di kolam renang.
Kami pun mencoba semua permainan yang ditawari oleh instruktur. Helium stick, misalnya. Permainan ini menggunakan sebatang bambu yang telah dihaluskan. Setiap anggota kelompok diminta menempelkan permukaan bawah bambu di atas dua jari, lalu menurunkannya perlahan-lahan. Namun anehnya, ketika diturunkan, batang bambu bergerak naik. Haerul mengatakan dibutuhkan konsentrasi dan kerja sama tim untuk menaklukkan permainan ini.
Sementara itu, pada permainan water tower, kami diminta mengisi pipa besar dengan air dari kolam. Dalam pipa tersebut, terdapat dua bola pingpong yang harus dikeluarkan dengan dorongan air, sedangkan di setiap sisi pipa dipenuhi oleh lubang. Satu orang bertugas mengisi air ke dalam pipa, sedangkan yang lain bertugas menutupi lubang. Tak ada kelompok yang berhasil menyelesaikan tantangan ini.
Dalam permainan titanic, setiap kelompok yang rata-rata berjumlah tujuh orang itu diminta naik ke atas karpet berukuran 50 x 50 sentimeter. Lalu, karpet ini dibalik menggunakan kaki tanpa boleh menginjak tanah. Sementara, dalam permainan spider web, setiap anggota diminta melewati lubang dalam jaring yang dipasang memanjang. Setiap lubang hanya boleh dilewati satu orang sehingga anggota kelompok yang melewati lubang teratas mesti diangkat tanpa menyentuh tali. Haerul mengatakan semua permainan yang disediakan di sana ditujukan untuk membangun karakter pemimpin bagi yang melakukan permainan ini. Dia mendesain seluruh permainan di sana dengan tema mencintai alam.
Berbagai permainan di sini membuat kami cukup berkeringat meski cuaca tetap dingin dan matahari tak muncul. Malino merupakan tempat alternatif untuk berlibur. Banyak hal yang bisa dinikmati di sini. Cuaca sejuk dan lingkungan yang tenang mampu membuat hati tenteram. Lembah Biru bisa dijadikan salah satu pilihan. Namun, akses ke Malino belum sepenuhnya lancar karena jalannya rusak dan sedang diperbaiki sehingga mengganggu perjalanan.
ANISWATI SYAHRIR