TEMPO Interaktif, Jakarta - Anak usia sekolah yang jarang mengkonsumsi buah dan sayur berpotensi 13 kali lipat terkena sembelit. Resiko serupa juga akan diderita anak yang minum air putih kurang dari 400 mililiter perhari.
Hal ini ditemukan dari studi Journal of Clinical Nursing pada Desember 2010 di Hongkong. Tim penelitu terdiri dari asisten profesor di Universitas Nasional Singapura, Dr Moon Fai Chan, dan Yuk Ling Chan dari Hong Kong Polytechnic University dan dimuat dalam laman sciencedaily.com.
Para peneliti mempelajari diet dan kebiasaan buang air dari 383 anak usia antara delapan hingga 10 dari sebuah sekolah di Hong Kong. Tujuh puluh persen dari anak-anak yang ikut ambil bagian dalam penelitian ini berusia 10 tahun. Dua puluh dua persennya berusia sembilan tahun dan delapan persen usia delapan.
"Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa sembelit makin parah di kalangan anak usia sekolah. Sembelit ini disebabkan oleh kebiasaan diet, faktor lingkungan, dan faktor psikososial dari masalah kesehatan tertentu," kata Dr Moon Fai Chan dari Lee Alice Pusat Keperawatan Studi di Universitas tersebut.
Dr Moon menyimpulkan 95 kasus sembelit mempengaruhi anak setelah mereka melewati masa kanak-kanak. Kondisi ini memiliki konsekuensi yang serius
karena dapat menyebabkan masalah emosional, seperti stres, fisik yang tak segar, berkurangnya kepercayaan diri, serta berkurangnya interaksi sosial.
Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa anak perempuan lebih berpotensi mengidap sembelit dibandingkan anak laki-laki dengan perbandingan 8,2 persen berbanding 6,6 persen. Anak yang hanya mengkonsumsi 200 ml hingga 400 ml air putih perhari memiliki resiko mengidap sembelit 8 kali lebih besar peluangnya dibanding meminum 600 ml hingga 800 ml perhari. Dan sembilan dari 10 anak menolak buang air di kamar mandi sekolah karena kondisi yang jorok.
RENNY FITRIA SARI