Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Protein Tinggi Tekan Rasa Lapar

image-gnews
4rd1.wordpress.com
4rd1.wordpress.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Obesitas atau kelebihan berat badan merupakan masalah besar warga dunia, baik di negara maju maupun berkembang. Ada banyak faktor yang dapat menambah berat badan dan komposisi lemak tubuh sehingga menyebabkan obesitas. “Faktor yang mempengaruhi, antara lain genetik, metabolik, psikososial, perilaku, kultur, dan lingkungan,” ujar Fiastuti Witjaksono, dokter spesialis gizi klinik Departemen Radioterapi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Senin dua pekan lalu.

Mengutip data Riset Kesehatan Dasar 2008, penduduk Indonesia yang mengalami obesitas di atas usia 15 tahun lebih banyak dari kalangan perempuan. “Hampir 10 persen lebih tinggi dibandingkan pria,” ujar Fiastuti dalam promosi doktoral di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, siang itu.

Menurut Fiastuti, perempuan dewasa obesitas yang menjalani diet, kemudian berhasil menurunkan berat badannya, sebagian besar akan mengalami kenaikan berat badan kembali. Salah satu penyebabnya, mereka kembali menerapkan pola makan lama karena tak kuat menahan lapar. Padahal salah satu penyebab keberhasilan diet adalah menjaga keseimbangan energi yang masuk.

Dalam disertasinya, Fiastuti mengemukakan bahwa asupan protein tingkat tinggi pada diet yang dilakukan perempuan dengan obesitas dapat menurunkan rasa lapar. Hal itu terjadi karena protein memiliki efek termik (jumlah energi yang digunakan tubuh untuk mencerna makanan) lebih besar dibanding karbohidrat dan lemak. Akibatnya, protein tak dapat disimpan dalam tubuh sehingga perlu dicerna secara lebih cepat.

Rasa lapar dan kenyang juga bergantung pada hormon yang dihasilkan saluran pencernaan. Salah satunya adalah gut hormone yang bersifat oreksigenik (menimbulkan rasa lapar) dan anoreksigenik (yang menekan rasa lapar). Kesimpulan sementara yang didapat Fiastuti dalam penelitian doktoralnya adalah konsumsi protein tingkat tinggi pada perempuan yang sedang melakukan diet dapat menurunkan gut hormone oreksigenik dan meningkatkan gut hormone anoreksigenik. “Sehingga terdapat penekanan rasa lapar dan peningkatan rasa kenyang," katanya.

Menurut Fiastuti, komposisi protein yang efektif menekan rasa lapar pada perempuan yang mengalami kegemukan adalah 40,6 persen dari jumlah total 60 gram asupan energi yang dibutuhkan perempuan. Pemenuhan 25 persen protein bisa didapat dari makanan dasar. Namun, untuk diet tinggi protein, pemenuhan komposisi 40,6 persen agak sulit dilakukan kecuali dengan nutrisi tambahan, salah satunya kasein (protein susu). "Bahkan, bila kita memakan putih telur yang paling banyak mengandung protein pun, pemenuhan 40 persen komposisi protein tidak bisa tercapai," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Fiastuti mengakui masih ada pro-kontra mengenai efek makanan protein tinggi terhadap fungsi ginjal. Ada yang menyebutkan, pada perempuan dengan gangguan fungsi ginjal ringan, konsumsi protein tinggi dapat menurunkan fungsi ginjal, terutama konsumsi protein tinggi hewani non-susu. Sedangkan konsumsi protein susu dan protein nabati tidak mempengaruhi kerja ginjal sama sekali.

“Namun pendapat itu masih belum jelas dan belum bisa dibuktikan," kata Fiastuti. "Sebab, pada populasi orang dengan penyakit ginjal, konsumsi protein sesuai dengan rekomendasi diet yang diizinkan malah memperlambat progresivitas penyakitnya."

Selain tak sedap dipandang, obesitas layak diperangi karena berpotensi memicu munculnya sejumlah penyakit. Salah satunya adalah diabetes. Ancaman penyakit ini makin besar pada mereka yang mengalami obesitas, yang salah satu penandanya adalah bertumpuknya lemak di perut (lemak viskeral).

Hasil penelitian yang melibatkan lebih dari 700 orang dewasa dan diungkapkan dalam jurnal Annals of Neurology, Mei 2010, menyatakan, semakin berat volume lemak viskeral, risiko untuk terkena diabetes tipe 2 akan semakin besar. Karena itu, dalam kesempatan berbeda, kepada Tempo, Dante Saksono Harbuwono, dokter spesialis endokrinologi FKUI-RSCM, mengingatkan, "Orang dengan perut buncit harus ekstra-waspada karena lebih rentan terkena diabetes." Walhasil, diet untuk mengatasi obesitas, termasuk diet tinggi protein, layak dipraktekkan.

CHETA NILAWATY | DWI WIYANA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


7 Manfaat Makan Buah Semangka bagi Kesehatan Tubuh

2 hari lalu

Ilustrasi Semangka
7 Manfaat Makan Buah Semangka bagi Kesehatan Tubuh

Semangka menjadi buah yang pas sebagai pilihan di bulan Ramadhan. Pada kondisi tubuh yang mengalami dehidrasi, buah ini menjaga kesehatan dan keseimbangan nutrisi.


Benarkah Kolesterol Tinggi Bisa Menimbulkan Rasa lelah?

4 hari lalu

Ilustrasi kolesterol. Shutterstock
Benarkah Kolesterol Tinggi Bisa Menimbulkan Rasa lelah?

Tingginya tingkat kolesterol biasanya dibarengi dengan gejala yang meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan masalah kesehatan lainnya.


5 Manfaat Minum Air Kelapa Hijau saat Berbuka Puasa

9 hari lalu

Ilustrasi kelapa muda (Pixabay.com)
5 Manfaat Minum Air Kelapa Hijau saat Berbuka Puasa

Tidak hanya segar, air kelapa hijau juga memiliki sejumlah manfaat yang signifikan bagi kesehatan tubuh.


6 Bahaya Konsumsi Santan secara Berlebihan

9 hari lalu

Ilustrasi santan kelapa. shutterstock.com
6 Bahaya Konsumsi Santan secara Berlebihan

Penting untuk menyadari bahwa santan juga memiliki sejumlah bahaya yang perlu diwaspadai, terutama jika dikonsumsi secara berlebihan.


Penelitian Menunjukkan: Banyak Penyakit yang Bisa Timbul karena Kurang Tidur

11 hari lalu

Ilustrasi tidur. Pixabay
Penelitian Menunjukkan: Banyak Penyakit yang Bisa Timbul karena Kurang Tidur

Kekurangan waktu tidur akan menyebabkan tubuh seseorang mengalami beberapa masalah. Apa saja?


5 Manfaat Mengurangi Konsumsi Gula bagi Tubuh

12 hari lalu

Ilustrasi gula di dalam wadah. Foto: Freepik.com
5 Manfaat Mengurangi Konsumsi Gula bagi Tubuh

Mengurangi konsumsi gula dapat memberikan dampak yang baik untuk tubuh. Apa saja?


Ketahui Suhu AC untuk Bayi yang Ideal Berdasarkan Usianya

15 hari lalu

Suhu AC untuk bayi perlu disesuaikan sesuai dengan usianya. Hal ini agar suhu tidak terlalu dingin atau panas. Berikut ini informasinya. Foto: Canva
Ketahui Suhu AC untuk Bayi yang Ideal Berdasarkan Usianya

Suhu AC untuk bayi perlu disesuaikan sesuai dengan usianya. Hal ini agar suhu tidak terlalu dingin atau panas. Berikut ini informasinya.


5 Manfaat Makan Pepaya

15 hari lalu

Ilustrasi buah pepaya. Unsplash.com/Pranjall Kumar
5 Manfaat Makan Pepaya

Pepaya mengandung berbagai nutrisi dan bermanfaat bagi kesehatan. Apa saja?


Bolehkah Makan Gorengan Saat Berbuka Puasa? Ini Penjelasannya

16 hari lalu

Bolehkah makan gorengan saat berbuka puasa? Jawabannya adalah boleh, namun tetap mempertimbangkan asupannya. Ini penjelasan lengkapnya. Foto: Canva
Bolehkah Makan Gorengan Saat Berbuka Puasa? Ini Penjelasannya

Bolehkah makan gorengan saat berbuka puasa? Jawabannya adalah boleh, namun tetap mempertimbangkan asupannya. Ini penjelasan lengkapnya.


Benarkah Olahraga Berlebihan Bisa Menyebabkan Disfungsi Ereksi?

20 hari lalu

ilustrasi olahraga treadmill (pixabay.com)
Benarkah Olahraga Berlebihan Bisa Menyebabkan Disfungsi Ereksi?

Meski dapat meningkatkan risiko kesehatan tertentu, namun olahraga berlebihan tidak menyebabkan impoten atau disfungsi ereksi (DE).