TEMPO.CO , Jakarta:Psikolog asal Universitas Indonesia, Linda Saptadji, mengusulkan training anti tawuran untuk Sekolah Menengah Atas Negeri 70 dan SMA Negeri 6 Jakarta. “Dengan training ini diharapkan anak kembali sudut pandang dan paradigma baru mengenai hidup dan empati demi pembangunan karakter kepemimpinan mereka, ” kata Linda, Kamis, 27 Sepetember 2012.
Menurut Linda, salah satu penyebab anak menjadi agresif adalah karena sifat remaja yang cenderung labil dan ingin diakui. Terkadang, mereka melakukan segala cara agar diperhatikan dan mendapat pengakuan dari orang lain, termasuk dengan tawuran dan memenangkan tawuran tersebut.
Faktor lainnya, lanjut Linda, adalah eksternal diri anak, semisal keluarga berantakan, tekanan di sekolah, tekanan sosial lainnya. Hal tersebut menurutnya membuat anak menjadi lebih sensitif, kehilangan pegangan pedoman hidup dalam berperilaku dan kehilangan nilai-nilai mana yang salah dan mana yang benar.
“Karena itu, anak perlu mendapatkan kembali nilai-nilai dalam dirinya itu, terutama nilai ketuhanan agar ia dapat menentukan mana yang benar dan mana yang salah,” kata Linda.
Caranya, dia melanjutkan, dengan mengajarkan cinta dan kasih sayang pada anak. Dengan demikian anak kembali memiliki hati nurani dan sudut pandang baru ketika ia berada dalam tekanan dan masalah. Anak mampu mengatasi tekanan serta menyelesaikan masalahnya tanpa kekerasan. “Anak jadi bisa melihat bahwa mereka sama-sama manusia dan harus saling toleran,” kata dia.
Melalui training itu, karakter anak akan terbangun menjadi pemimpin yang selalu ingin maju dan menjadi nomor satu. Anak akan memiliki rasa kasih sayang dan kecerdasan emosi, memiliki kecakapan dalam merespon balik dan inovatif, serta memiliki target hidup beserta cara mencapai targetnya. “Ibarat kompas, saat ini anak tidak memiliki kompas yang benar untuk menunjukkan arah kehidupan. Melalui training ini, kompas kehidupan anak itu kami coba benarkan,” kata Linda.
Training tersebut, kata Linda, baru akan berhasil jika orang tua dan guru ikut berperan serta dalam training tersebut. Orang tua dan guru tidak boleh menutup mata bahwa memang tertanam nilai kekerasan pada diri anak-anak saat ke sekolah dan membiarkan hal itu terus berlangsung. Nilai-nilai kekerasan itu turun dari bullying senior ke junior di sekolah yang dibiarkan oleh pihak sekolah.
Sayangnya, dia melanjutkan, hingga kini sekolah maupun orang tua siswa belum memastikan kapan training dimulai. Dirinya sudah membicarakan training tersebut kepada pihak sekolah, namun masih nihil. “Padahal semua manusia harus memiliki pedoman hidup,” kata Linda. Ia berharap dapat segera memulai training kepemimpina itu secepat mungkin.
Linda mengatakan, permasalahan utama belum terlaksananya training tersebut adalah karena tidak adanya pendanaan. “Karena itu, besar harapan saya ada donatur untuk mendanai pelaksanaan training dan menjamin bahwa training dapat berkenajutan,” kata dia.
Linda dikenal sebagai psiokolog yang berhasil menghilangkan kebiasaaan tawuran antar fakultas di Intitut Teknologi Bandung. Melalui training-training anti tawurannya, Linda berhasil menghilangkan kebiasaan tawuran antar mahasiswa tersebut.
RAFIKA AULIA
Berita Terpopuler
Untung-Rugi Mengonsumsi Ikan
Sadar dari Koma, Wanita Ini Jadi Lupa Ingatan
Olahraga Turunkan Selera Makan
Pekan Mode London Memukau Lagi
Nikmatnya Kopi Tanpa Gula