TEMPO.CO, Denpasar - Bahaya kelainan kelenjar tiroid dibahas dalam pertemuan 10th Asia and Oceania Thyroid Association Congress (AOTA) yang dimulai Senin, 22 Oktober 2012.
“Saat ini, tiroid menempati urutan kedua daftar penyakit endokrin setelah diabetes. Sebanyak 10 hingga 20 persen pasien endokrin menderita gangguan tiroid,” kata Ketua Perkumpulan Endokrinilogi Indonesia (PERKENI) H. Achmad Rudijanto.
Achmad Rudijanto memaparkan bahwa saat ini pengetahuan masyarakat tentang masalah tersebut masih sangat minim. Padahal, dengan penanganan dini, kelainan tiroid bisa disembuhkan.
Ketidakseimbangan hormon ini dapat mengancam tumbuh kembang anak, produktivitas kerja, gangguan penyakit jantung, dan berbagai penyakit lainnya.
Kelenjar tiroid atau yang biasa dikenal sebagai adam apple atau kelenjar gondok adalah kelenjar kecil berbentuk kupu-kupu yang terdapat di leher bagian bawah, di depan kerongkongan.
Tugas utama kelenjar tiroid adalah membuat dan menyalurkan hormon tiroid ke seluruh tubuh. Hormon ini merupakan salah satu pengatur utama metabolisme setiap sel dan jaringan tubuh. Itu sebabnya dibutuhkan jumlah hormon yang cukup dan mantap (terus-menerus) untuk menjaga kesehatan.
Dalam keadaan hormon tidak memenuhi kebutuhan atau hipotiroidisme (kekurangan), fungsi tubuh akan menjadi lambat dan lamban. Sebaliknya, hormon yang berlebihan atau hipertiroidisme akan mengakibatkan produksi kelenjar melewati batas kebutuhan fungsi tubuh.
Gejala umum kelainan tiroid, baik hipo maupun hiper, berupa pembesaran kelenjar tiroid atau biasa dikenal dengan gondok atau nodul. Namun, pada banyak kasus, kelainan tiroid tidak disertai gondok.
Gejala utama hipotiroid antara lain menurunnya kapasitas intelektual, pelupa, kram otot, suara berat dan parau, gerakan lamban, sering mengantuk walau cukup tidur, dan sembelit. Selain itu, berat badan menurun meski banyak makan, keringat berlebihan, tremor, jantung berdebar-debar, mata yang terlihat menonjol atau melotot, tangan berkeringat, dan gangguan haid pada wanita.
Kelainan tiroid pada wanita 5-7 kali lebih banyak dibandingkan pria. Diperkirakan sekitar 2,5 persen wanita hamil mengalami hipotiroid. “Penting bagi wanita remaja dan siap nikah (usia 17-25 tahun) untuk mengetahui dirinya mengidap hipotiroid atau tidak, karena hipotiroid pada wanita hamil akan menyebabkan lahirnya bayi dengan keterbelakangan mental dan cacat fisik,” ujar Rudijanto.
Rudijanto mengingatkan, tidak seperti hipertiroid yang memberikan gejala nyata, hipotiroid sering tidak disadari gejalanya sehingga pasien dan wanita hamil tidak menyadari bahwa dirinya memiliki kadar tiroid yang rendah.
Masih berhubungan dengan hipotiroid pada ibu hamil, hipotiroid pada bayi baru lahir merupakan masalah serius. Kekurangan hormon tiroid pada bayi dapat menyebabkan gagal tumbuh dan berkembang (kretinisme) serta keterbelakangan mental. Gejala yang harus diperhatikan adalah bayi jarang menangis, tidak sering buang air besar, dan kesulitan minum ASI.
Komplikasi hipertiroid dapat terjadi pada berbagai organ, termasuk jantung. Biasanya, hipertiroid yang berat dapat menimbulkan gangguan irama jantung, bahkan hingga gagal jantung, sehingga harus diketahui gejala hipertiroid umumnya disertai jantung berdebar-debar dan denyut nadi cepat.
Ketua panitia AOTA, Johan S. Masjhur, menjelaskan bahwa edukasi tentang bahaya tiroid telah dilakukan PERKENI selama beberapa tahun belakangan ini. “Antara lain melalui forum-forum diskusi untuk mendorong penelitian di bidang tiroid serta untuk memperluas dan mempererat hubungan dengan kelompok studi serupa di luar negeri,” ucapnya.
Untuk membantu kampanye tentang hal ini, PT Merck Serono telah membantu dengan meluncurkan website khusus mengenai bahaya kelainan tiroid dan model penanganannya.
ROFIQI HASAN
Berita terpopuler lainnya:
Mau Bersepeda Sambil Mandi? Ini Caranya
Biar Osteoporosis Tak Gampang Mampir
Ancaman Tulang Keropos Kian Nyata
Mau Hindari Penyakit? Cuci Tanganlah
Katarak, Penyebab Kebutaan Terbesar
Beratnya Murid Menanggung Beban Sekolah
Olahraga Bikin Remaja Obesitas Lebih Pede