TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit diabetes mellitus alias kencing manis di Indonesia sudah lampu kuning. Jumlah penderitanya kian melonjak, baik yang masih pradiabetes atau yang sudah diebetes. Selain jumlahnya bertambah banyak, usia pasien yang menderita penyakit ini makin muda.
“Sudah jelas, diabetes bukan cuma masalah ada turunan atau tidak, tapi mulai dari gaya hidup hingga ekonomi ikut berperan,” ujar Tri Juli Edi Tarigan, dokter spesialis endokrinologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dalam konferensi pers “Jakarta Diabetes Meeting” di Restoran Bebek Bengil, Jakarta, Selasa pekan lalu.
Seseorang mengalami prsdiabetes atau diabetes jika kadar gula darah di tubuhnya melebihi standar normal, yakni berkisar 70-120 miligram per desiliter sebelum makan, dan di bawah 140 miligram per desiliter setelah makan. Tingginya kadar gula darah dipicu oleh kekurangan insulin di dalam tubuh. Obesitas dan kurang gerak merupakan faktor risiko terjadinya penyakit ini.
Saat ini, Tri melanjutkan, diabetes tak hanya diderita oleh orang-orang kaya, tapi juga dialami kaum miskin. Padahal, orang kaya sudah mengonsumsi makanan organik dengan kualitas terbaik, sedangkan orang miskin mau makan daging saja cuma bisa tetelannya–sisa daging yang melekat di tulang. Namun, kedua kelompok tetap tersambar diabetes.
Karena itu, agar kasus diabetes tidak makin membengkak, harus ada manajemen risiko diabetes yang dilakukan terhadap generasi yang jauh lebih muda. Mulai dari mengatur gaya hidup, mengendalikan stres, pengaturan pola makan individual, hingga kebijakan pencegahan diabetes yang komprehensif dari negara.
Mengatur atau mengubah gaya hidup, diyakini Tri, merupakan salah satu cara paling ampuh untuk mencegah sekaligus mengontrol pertambahan kasus diabetes. “Ada kondisi yang disebut prediabetes, dan ini bisa dicegah sebelum menjadi diabetes dengan cara mengubah pola hidup dengan diet dan rajin olahraga,” ujarnya. Bahkan, dalam fase menjelang diabetes, kadar gula darah seseorang yang sempat melonjak bisa turun dan dikendalikan dengan minum obat, salah satunya metformin. Obat ini harus diminum dengan petunjuk dokter.
Baca Juga:
Mengubah gaya hidup juga harus dilakukan bagi mereka yang sudah masuk diabetes tahap awal. Salah satunya dengan mengubah pola makan. Tindakan ini menjadi suatu kewajiban, apalagi pada awalnya penderita diabetes selalu memungkiri bahwa dirinya mengalami penyakit ini. Penolakan seperti itu dinilai tidak pada tempatnya. Orang dengan sikap seperti itu cenderung akan menolak apa pun yang disarankan, karena menganggap dirinya tidak mengidap diabetes. “Akhirnya, sikap itu malah memperparah penyakitnya,” ujar Tri.
Pola makan yang harus diubah, antara lain, tidak lagi mengkonsumi makanan yang tinggi karbohidrat secara berlebihan, mengganti menu karbohidrat simpleks dengan karbohidrat yang kompleks dan memenuhi jumlah kalori secukupnya dalam sehari. Selain itu, tidak lagi mengkonsumsi makanan bergula, serta lebih banyak makan buah dan sayuran.
Mengubah pola hidup juga dilakukan dengan cara memperbanyak mobilitas gerak individu dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Tri, saat ini ada kecenderungan orang malas bergerak, apalagi jika harus banyak berkeringat. Kecenderungan ini tak hanya dialami oleh orang dewasa, tapi juga berlaku di kalangan anak-anak. Saat ini, anak-anak lebih banyak duduk dibanding dengan bermain. “Pulang sekolah, mereka bukannya main, tapi ada yang les atau mengerjakan tugas. Selesai itu semua, mereka main game yang kegiatannya hanya duduk,” ujar Aman B. Pulungan, dalam seminar tentang diabetes pada anak, di FX Senayan, Rabu lalu.
Menurut Ekowati Rahajeng, Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan, kebijakan mengenai manajemen diabetes sejak dalam tahap faktor risiko sudah kerap disosialisasikan di tingkat pemerintahan terendah. Tidak hanya itu, akses mengenai manajemen diabetes dan risikonya dapat dengan mudah dijumpai dalam organisasi kemasyarakatan madani, seperti, majelis taklim, jemaat gereja, kelompok nelayan, bahkan organisasi profesi swasta dan industri.
“Kami melakukan pendekatan wilayah, yang berorientasi dari penduduk untuk penduduk, melalui pemberdayaan masyarakat individu,” ujar Ekowati di Restoran Bebek Bengil. Pemberdayaan untuk mengkampanyekan perlunya deteksi dini dan pengelolaan diabetes secara tepat, antara lain, dilakukan lewat posbindu alias pos pembinaan terpadu.
CHETA NILAWATY