TEMPO.CO, Brussel - Dilahirkan tunarungu, dua bersaudara kembar identik asal Belgia ini tidak dapat menahan kesedihan saat indra penglihatan mereka juga tak lagi berfungsi. Dikutip dari Reuters, Selasa, 15 Januari 2013, kedua pria 45 tahun yang tidak disebutkan identitasnya ini kemudian meminta untuk menjalani eutanasia, yang kemudian dipenuhi sebuah rumah sakit di Brussel.
"Permintaan eutanasia dipenuhi tidak hanya karena mereka tunarungu dan tidak lagi dapat melihat, tapi karena mereka tak tahan bila tidak dapat melihat kembarannya," ujar dokter yang memberikan suntikan mati pada keduanya. Pihak keluarga juga disebutkan mendukung keputusan keduanya.
Juru bicara rumah sakit juga menambahkan bahwa kedua pria ini sangat dekat dan tak terpisahkan. Mereka hidup serumah dan memiliki pekerjaan yang sama. "Penderitaan yang tak tertahankan dapat terjadi secara fisik maupun mental," ujar juru bicara tersebut.
Saat pelaksanaan eutanasia yang berlangsung 14 Desember lalu, dua bersaudara ini menghabiskan detik-detik terakhir hidup mereka dengan menyesap secangkir kopi bersama sambil saling mengucapkan kata perpisahan.
Belgia memang merupakan salah satu negara yang melegalkan eutanasia. Syaratnya adalah pasien harus berusia dewasa, dan keputusan ini diambil secara sukarela dengan mantap setelah diyakinkan beberapa kali. Pasien juga diharuskan tengah menderita sakit secara fisik atau mental yang berlangsung terus-menerus dan tak tertahankan. Sebagai tambahan, kondisi tersebut juga harus terjadi secara serius dan tidak dapat disembuhkan.
Sejak dilegalkan pada 2002, kasus eutanasia kian meningkat pesat dari tahun ke tahun. Tahun lalu, misalnya, 1.133 permintaan eutanasia dikabulkan, dengan 86 persen pasien berusia 60 tahun ke atas dan 72 persen dari pemohon merupakan penderita kanker.
Selain Belgia, Belanda dan Luxembourg juga melegalkan eutanasia. Sedangkan Swiss membolehkan upaya bunuh diri dalam pengawasan, bila orang tersebut berniat mengambil peran lebih aktif dalam mengakhiri hidupnya.
REUTERS | RATNANING ASIH