TEMPO.CO, Jakarta - Warga Jakarta yang terbiasa dengan aktivitas dan kesibukan pada waktu atau jam-jam yang padat sebaiknya berhati-hati agar tidak stres.
Psikolog Ainy Fauziah menilai stres merupakan penyakit massal warga Jakarta. “Bahkan stres masih membuntuti hingga akhir pekan. Sebaiknya sih, jangan stres di akhir pekan,“ katanya saat dihubungi, Jumat, 12 April 2013. Apabila stres masih membuntuti, Anda harus berkeras hati untuk menghalau, mengusir, dan mencari solusinya.
Ainy, yang juga berprofesi sebagai motivator ini, menjelaskan banyak faktor pemicu stres warga Jakarta. Misalnya jalanan padat merayap, polusi udara, cuaca tidak menentu, kemacetan, dan kesemrawutan. “Alhasil stres akan menjadi momok menakutkan,” ujar dia.
Banyak lagi faktor yang bisa berdampak tingginya tingkat stres seseorang. Semua bermula pada hal-hal kecil seperti lupa mematikan listrik atau air PAM, lupa memberikan uang jatah belanja istri dan uang jajan anak-anak di rumah, telepon seluler yang ketinggalan, dan masih banyak lagi.
Perasaan tertekan ini bisa ditemukan di mana saja, entah itu di rumah, di kantor, di sekolah, di pusat perbelanjaan, hingga di perjalanan. Hidup pun menjadi kurang "berbumbu" kalau tidak berhadapan dengan stres. Intinya, rasa tertekan ini bisa menyerang dalam berbagai cara.
Ini berarti, kata Ainy, Anda harus mengontrol dan menaklukkan semuanya sebelum menjadi depresi. "Apabila dibiarkan, stres bisa menjalar ke berbagai area hidup. Ingat semua penyakit serius seperti kanker, jantung, dan stroke bermula dari tingginya tingkat stres seseorang,” kata dia.
HADRIANI P
Berita Terpopuler:
Pejabat DKI Mundur, Meninggalkan Jokowi
Cara Pargono Memeras Asep Hendro
DPRD Jakarta Tuding Jokowi Sebabkan Pejabat Mundur
Pilihan 2014 Cuma Mega, Prabowo, dan Ical
Di Hugo's Cafe, Deki Akrab dengan Anggota Kopassus