Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mama Aleta, Peraih Goldman dari Pegunungan Molo  

image-gnews
Aktivis lingkungan hidup, Aleta Baun (Mak Leta). TEMPO/ Nickmatulhuda
Aktivis lingkungan hidup, Aleta Baun (Mak Leta). TEMPO/ Nickmatulhuda
Iklan

TEMPO.CO, San Francisco - Bagian utama di setengah bagian barat Indonesia di Pulau Timor, Gunung Mutis, merupakan suatu area dengan keanekaragaman hayati yang kaya. Mungkin yang lebih penting, Gunung Mutis merupakan daerah hulu untuk semua aliran sungai utama Timor Barat, yang memasok air minum dan air irigasi untuk banyak penduduk di pulau itu.

Kehidupan suku pribumi Molo sangat bergantung erat pada sumber-sumber daya alam ini, yang dianggap sakral.
Mereka mencari makanan dan obat-obatan dari hutan, menanam hasil bumi di tanah yang subur, serta memanen zat pewarna tanaman yang diperlukan untuk bertenun–suatu keterampilan tradisional yang sudah membantu memberikan jati diri bagi para wanita di desa-desa ini selama banyak generasi.

Mereka juga menjalin hubungan spiritual yang dalam dengan lingkungan hidup–sedemikian dalam sehingga rakyat Timor dinamakan sesuai dengan tanah, air, batu, dan pohon, yang melambangkan daging, darah, tulang, dan rambut mereka. Untuk warga pribumi di pulau itu, kerusakan lingkungan hidup berarti hilangnya sebagian dari jati diri mereka.

Pada tahun 1980-an, pemerintah daerah mengeluarkan izin bagi perusahaan-perusahaan tambang untuk memotong batu-batu marmer di pegunungan dalam wilayah Molo. Para pejabat pemerintah daerah melakukan hal ini secara tidak sah tanpa berkonsultasi dengan warga desa setempat, yang mereka anggap sebagai faktor perintang program-program pembangunan. Dengan terjadinya deforestasi dan penambangan, tanah longsor makin sering terjadi, mencemarkan air dan menimbulkan penderitaan besar bagi warga desa yang tinggal di daerah hilir.

Aleta Baun, seorang warga pribumi Molo, lahir dalam keluarga petani. Karena ibunya meninggal dunia pada saat ia masih muda, ia dibesarkan oleh para wanita dan sesepuh desa yang mengajarkannya untuk menghormati lingkungan hidup sebagai sumber jati diri rohani dan nafkah sehari-hari.

Sebagai seseorang yang hidupnya dibentuk oleh nilai-nilai yang dianut para sesepuh ini, secara alamiah Baun memangku peran pemimpin dalam komunitasnya, dengan menyebarkan pengetahuan tradisionalnya sehingga akhirnya dikenal dengan nama panggilan “Mama Aleta”. Pada saat perusahaan-perusahaan pertambangan mulai membabat hutan dan memotong batu marmer dari gunung, ia paham bahwa kegiatan-kegiatan mereka merupakan suatu ancaman terhadap hak-hak orang Molo atas wilayah mereka–dan juga terhadap kelanjutan hidup mereka.

Dia memiliki keyakinan inti bahwa kehidupan warga desa tidak dapat dipisahkan dari alam. Inilah yang kemudian menjadi pesan kunci yang disebarkan olehnya kepada berbagai komunitas lain di sekitar gunung. Prakarsa ini bermula dari suatu gerakan kecil dengan tiga perempuan lain. Kelompok perempuan ini melakukan perjalanan kaki dari satu desa terpencil ke desa lain–suatu perjalanan yang kadang-kadang makan waktu lebih dari enam jam.

Pekerjaan Mama Aleta membuat dirinya menjadi bulan-bulanan bagi kepentingan usaha pertambangan dan para pejabat daerah. Bahkan pihak lawan Mama Aleta ada yang membuat dan menawarkan hadiah kepada siapa pun yang dapat membunuhnya. Setelah selamat dari suatu usaha percobaan pembunuhan yang hampir berhasil, Mama Aleta lari menyembunyikan diri di dalam hutan bersama bayinya. Sejumlah warga desa yang lain berkali-kali ditahan dan dipukuli.

Meskipun menghadapi intimidasi dengan kekerasan, Mama Aleta tetap mengembangkan gerakan ini hingga mencakup ratusan warga desa. Gerakan ini berpuncak dalam suatu pendudukan sambil menenun. Seratus lima puluh perempuan menghabiskan waktu selama satu tahun dengan menenun sambil menduduki lokasi penambangan marmer. Mereka dengan tenang menenun pakaian tradisional sebagai bentuk protes.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kaum perempuan secara tradisional bertanggung jawab untuk mencari makanan, zat pewarna, dan obat-obatan dari gunung. Penting bagi mereka untuk memimpin kampanye ini. Dalam suatu pembalikan peran, sementara kaum perempuan melakukan protes di area penambangan, kaum pria memberikan dukungan rumah tangga di dalam rumah dengan memasak, membersihkan rumah, dan menjaga anak-anak.

Menghadapi kehadiran warga desa yang damai dan berlanjut, penambangan batu marmer menjadi usaha yang makin tidak dapat dipertahankan lagi bagi perusahaan-perusahaan yang terlibat. Kesadaran rakyat akan pendudukan sambil menenun makin berkembang, dan para pejabat pemerintah Indonesia turut memperhatikannya. Pada tahun 2010, karena menghadapi tekanan, perusahaan-perusahaan pertambangan menghentikan penambangan di semua dari empat lokasi di wilayah Molo dan meninggalkan pengoperasian mereka.

Kini, Mama Aleta bekerja bersama berbagai komunitas di seluruh wilayah Timor Barat untuk memetakan hutan tradisional mereka. Usaha ini merupakan suatu strategi pencegahan untuk memapankan hak-hak wilayah kaum pribumi serta melindungi tanah mereka dari proyek-proyek pertambangan pada masa depan dan berbagai ancaman dari pertanian komersial serta pengembangan minyak dan gas. Ia juga memimpin berbagai usaha untuk menciptakan berbagai peluang ekonomis bagi warga desa melalui pertanian berlanjut serta usaha-usaha yang memberi penghasilan dengan cara bertenun dan kegiatan-kegiatan lain.

HADRIANI P

Topik Terhangat:
Serangan Penjara Sleman| Harta Djoko Susilo | Nasib Anas

Berita Populer:
TKW Ini Ditipu dan Dirampok Teman Facebook
Polisi Buru Suami Pembakar Istri di Bogor

Dipergoki, Pencuri Motor Tembak Pekerja Salon

Pekerja Bangunan Temukan Proyektil Mortir

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sosok Al-Kindi yang Disebut Sebagai Filsuf Pertama dalam Peradaban Islam

32 hari lalu

Mengenal Al-Kindi, filsuf muslim yang telah menulis banyak karya dari berbagai bidang ilmu, dengan jumlah sekitar 260 judul. Foto: NU Online
Sosok Al-Kindi yang Disebut Sebagai Filsuf Pertama dalam Peradaban Islam

Mengenal Al-Kindi, filsuf muslim yang telah menulis banyak karya dari berbagai bidang ilmu, dengan jumlah sekitar 260 judul.


Inilah 10 Tokoh yang Paling Banyak Dicari di Google Indonesia pada 2023

31 Desember 2023

Google Indonesia menggelar kegiatan Year In Search 2023 di Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Senin 18 Desember 2023. TEMPO/Alif Ilham Fajriadi
Inilah 10 Tokoh yang Paling Banyak Dicari di Google Indonesia pada 2023

YouTuber Nadia Fairuz Omara menempati posisi pertama tokoh yang banyak dicari di Google Indonesia sepanjang 2023.


Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

21 November 2023

Sejumlah orang dari berbagai latar belakang mendeklarasikan gerakan masyarakat untuk mengawasi Pemilu 2024. Gerakan yang dinamai JagaPemilu itu diumumkan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Pusat pada Selasa, 21 November 2023. TEMPO/Sultan Abdurrahman
Ratusan Tokoh Deklarasikan Gerakan Masyarakat untuk Kawal Pemilu 2024: Dari Goenawan Mohamad hingga Ketua BEM UI

Gerakan tersebut diawali dari kepedulian sekelompok orang yang tidak berpartai dan independen terhadap perhelatan Pemilu 2024.


Musra Relawan Jokowi Akan Dihadiri Peserta dari Sabang - Merauke, Undang Tokoh & Pejabat

11 Mei 2023

Ketua Umum Relawan Pro Jokowi Budi Arie Setiadi  memberikan keterangannya setelah melakukan pertemuan, di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Senin, 8 November 2022. Pertemuan tersebut sebagai ajang silaturahmi sekaligus membahas hasil Musyawarah Rakyat (Musra) Indonesia I. TEMPO/Muhammad Ilham Balindra
Musra Relawan Jokowi Akan Dihadiri Peserta dari Sabang - Merauke, Undang Tokoh & Pejabat

Ketua Panitia Musra Indonesia Panel Barus menuturkan para relawan Joko Widodo alias relawan Jokowi akan hadir di Istora Senayan.


10 Tokoh Nahdlatul Ulama yang Bergelar Pahlawan Nasional, Salah Satunya Jadi Bapak Film Indonesia

13 Februari 2023

Usmar Ismail. Dok.Kemendikbud
10 Tokoh Nahdlatul Ulama yang Bergelar Pahlawan Nasional, Salah Satunya Jadi Bapak Film Indonesia

Nahdlatul Ulama merupakan organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia yang beberapa tokohnya mendapatkan gelar pahlawan nasional.


Lima Tokoh Tempo 2022

28 Desember 2022

Lima Tokoh Tempo 2022

Kami memilih lima pendamping korban kekerasan seksual-satu tema yang makin marak belakangan ini-sebagai Tokoh Tempo 2022.


Tokoh Tempo 2022 Lima Perempuan Pemberani

25 Desember 2022

Majalah Tempo memilih lima nama pendamping korban kekerasan seksual sebagai Tokoh Tempo 2022. Mereka konsisten dan gigih meski tak ada kamera yang menyorot apa yang mereka lakukan. . Siapa saja mereka?
Tokoh Tempo 2022 Lima Perempuan Pemberani

Siapa saja lima perempuan Tokoh Tempo 2022?


Kumpulan Kata-kata Bijak Populer untuk Motivasi Hidup dari Tokoh dan Film

14 November 2022

BJ Habibie. TEMPO/Aditia Noviansyan
Kumpulan Kata-kata Bijak Populer untuk Motivasi Hidup dari Tokoh dan Film

Berikut kumpulan kata-kata bijak dari tokoh dan film untuk motivasi hiudp Anda lebih baik


Anies Baswedan Dirikan Galeri 15 Tokoh di TPU Karet Bivak, Ada Fatmawati dan Mohammad Natsir

13 Oktober 2022

Warga menaburkan bunga di atas makam keluarganya saat berziarah di Tempat Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta, Senin 2 Mei 2022. Pada hari pertama Lebaran, TPU tersebut ramai peziarah untuk mendoakan sanak keluarga dan kerabat yang sudah wafat. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Anies Baswedan Dirikan Galeri 15 Tokoh di TPU Karet Bivak, Ada Fatmawati dan Mohammad Natsir

Anies Baswedan mendirikan galeri berisi informasi digital 15 tokoh bangsa yang dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak.


Ridwan Saidi Sarankan Heru Budi Hartono Komunikasi dengan Tokoh Betawi

11 Oktober 2022

Ridwan Saidi saat melakukan Orasi Budaya di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, 22 Mei 2015. Dalam orasinya, Budayawann Betawi tersebut mengkritisi kekisruhan antara Menpora dengan PSSI. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Ridwan Saidi Sarankan Heru Budi Hartono Komunikasi dengan Tokoh Betawi

Budayawan Betawi Ridwan Saidi dan anggota DPD asal Jakarta Sylviana Murni tidak memasalahkan Heru Budi Hartono jadi Pj Gubernur DKI Jakarta.