TEMPO.CO, Jakarta - Bagi calon pengantin, pernikahan adalah wujud dan cita-cita utama untuk merekatkan belahan jiwa. Pernikahan adalah proses merangkai kehidupan belahan jiwa dan kebahagiaan yang hakiki.
Perancang busana Didi Budiardjo mencamkan betul prinsip itu dalam desainnya. Buat dia, kenangan abadi sebuah cinta menjadi landasan atau dasar utama sebuah pernikahan. Semua itu dia tuangkan dalam peragaan busana berjudul "Reviere" di Grand Ballroom Hotel Grand Hyatt, Sudirman, Jakarta Pusat pada Jumat, 12 April 2013. Peragaan busana itu menyajikan 18 koleksi busana pengantin karya Didi.
“Makna reviere adalah mengajak semua orang untuk masuk ke alam mimpinya. Dan karena pernikahan merupakan impian besar bagi kaum perempuan, maka ketika hari itu tiba mereka akan mengenakan sesuatu yang terbaik. Gaun istimewa,” kata Didi.
Perancang kelahiran 22 November 1970 ini mengatakan pada momen bahagia, hangat, dan penuh kasih seperti pernikahan, adalah pelabuhan ketika dua insan berpadu menjalin asa dan angan. Perayaan atas mimpi yang sama menjadi sebuah aransemen, bak sebuah couture mahakarya yang agung.
“Akhirnya saya menyajikan aneka gaun yang terangkai penuh impian menjadi sebuah kenangan abadi dan tentunya menuju langgeng dan hakiki bagi pasangan pengantin,” kata Didi.
Koleksi Didi penuh keindahan siluet romantis berdetail baru yang mengagumkan. Perancang busana alumni Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada tahun 1989 ini menjelaskan, koleksinya kali ini akan mengusung keindahan gelombang, kaitan draperi dan gaya tumpuk bagaikan partitur musik yang mengalun dan dimainkan menjadi sebuah orkestra musik indah.
"Setiap pengantin pasti selalu ingin tampil cantik di hari pernikahan mereka, tapi dalam koleksi ini saya tidak hanya menyuguhkan busana pengantin warna putih, melainkan ada beberapa busana warna merah rubi, beige, dan champagne," ujar Didi.
Perancang berkacamata ini pun menjelaskan napas romantisme merasuki karyanya ke dalam temanya kali ini. Malam itu, Didi menyajikan sentuhan untaian draperi dan mayoritas cutting bertumpuk di atas kain sutera organza, tulle, sifon, shantung, dan lace yang diwujudkan dengan sangat mengagumkan. Bahkan, perancang yang di tahun 1991 memperdalam ilmu modenya di Atelier Fleuri Delaporte, Paris, Prancis ini menghadirkan motif bunga-bunga pada gaun altarnya.
Didi merupakan tipe perancang yang selalu senang menjalin kerja sama dengan pihak lain. Untuk melengkapi koleksi busana pengantinnya, kali ini dia bekerja sama dengan Sugimartono yang membantunya menangani tata rias wajah dan rambut. Sementara itu, aksesorinya berupa perhiasan replika tahun 1950-an yang penuh warna adalah rancangan Rinaldy A Yunardi.
“Perempuan yang mengenakan gaun rancangan saya adalah perempuan yang berkarakter kuat dan pencinta keindahan. Itu sebabnya, gaun-gaun ultrafeminin siluet nan langsing yang saya buat adalah menciptakan karakter yang kuat pada pemakainya,” kata Didi.
Kali ini, Didi tidak memakai warna putih karena perempuan yang berani dan berkarakter kuat tidak akan terpaku pada satu warna putih saja. “Saatnya perempuan berani menyajikan warna merah rubi yang merupakan lambang keberanian perempuan kaum ningrat,” ujarnya.
HADRIANI P
Berita Terpopuler:
Dikuntit Intel, Anas Urbaningrum Punya Cerita
@SBYudhoyono 'Digoda' Bintang Porno
Majalah Tempo Hilang dari Peredaran
Mahfud MD Masuk Bursa Calon Kapolri
Aceng Fikri dan Ahmad Dhani Jadi Capres Idaman NU
Ribuan Orang Nonton Langsung Chris John Vs Satoshi