TEMPO.CO, London -LOMBA balap kuda paling prestisius di Inggris, Royal Ascot, baru akan digelar sebulan lagi. Namun gema ajang tahunan berhadiah puluhan miliar rupiah ini mulai terasa. Tak hanya para joki dan pemilik kuda yang menantikannya, tapi juga khalayak di seluruh penjuru dunia, yang berencana datang memadati lapangan pacuan seluas 179 hektare di Desa Ascot, Berkshire, sekitar 10 kilometer dari Istana Windsor.
Maklum, sejak diadakan pertama kali oleh Ratu Anne tiga abad silam, Royal Ascot bukan lagi sekadar turnamen pacuan kuda terbesar di Eropa dengan total hadiah puluhan miliar rupiah, tapi juga menjadi sebuah pekan mode. Selama lima hari perlombaan, para pengunjung pria ataupun wanita tak boleh sembarangan berpakaian. Semuanya harus sesuai dengan tata krama klasik Inggris dalam berbusana, yang mementingkan keanggunan.
Walhasil, ratusan ribu pengunjung, pria dan wanita, saban tahun datang dan “mengubah” Ascot menjadi panggung parade busana. Temanya seragam: morning dress. Bak pekan mode dunia, busana dan aksesori yang muncul di Ascot menjadi acuan dalam dunia fashion. Ditayangkan di 200 negara dan dipantau ratusan media, acara ini sering disebut sebagai haute couture-nya Inggris untuk pakaian semiformal.
Begitu pula bagi sebagian perancang busana Indonesia. Deden Siswanto, misalnya, mengikuti perkembangan busana yang muncul di Royal Ascot sejak 2005 sebagai salah satu referensinya. Kala itu, gaya busana Lady Diana yang cantik—simpel tapi berkelas—mulai digandrungi. Sebaliknya, busana Inggris kuno bergaya Victorian dengan kerutan-kerutan yang glamor mulai ditinggalkan. “Sekarang bahkan gaya busana mereka menjadi lebih ringan lagi,” kata Deden kepada Tempo, Jumat lalu. “Semuanya merujuk pada busana-busana yang muncul dalam resepsi pernikahan Pangeran William dan Kate Middleton.”
Dalam beberapa tahun terakhir, tren mode di Royal Ascot memang terus berkembang mengikuti zaman. Blazer dan rok panjang yang elegan berganti dengan atasan strapless dan rok mini yang cenderung seksi. Namun Ascot Racecourse Ltd, penyelenggara dan pengelola lintasan pacuan, mulai gusar akibat lunturnya kekakuan tradisi kerajaan dalam acara mereka.
Itulah sebabnya, pada tahun lalu, untuk pertama kalinya panitia memperketat aturan dan menerbitkan panduan berbusana bagi para pengunjung. Begitu pula pada tahun ini. Awal pekan lalu, Ascot Racecourse kembali menyebarkan dress code untuk Royal Ascot 2013, lengkap dengan video dan gambar para model yang mengenakan contoh busana.
Panitia melarang pemakaian rok mini, pakaian strapless, dan aksesori rambut yang selama beberapa tahun terakhir menggantikan topi bundar lebar khas Inggris. “Saya pikir kepercayaan diri setiap orang akan tumbuh jika mereka bangga berpakaian secara formal dan menghargai sesuatu yang benar-benar berarti,” kata Kepala Eksekutif Ascot, Charles Barnett, seperti dikutip The Telegraph, Rabu lalu.
AGOENG WIJAYA