TEMPO.CO, Jakarta-Nyeri di sekujur tubuh, yang lazim disebut fibromialgia, bisa ditangani dengan cognitive behavioral therapy (CBT). Menurut dokter Andri, psikiater yang mengelola Klinik Psikosomatik Rumah Sakit Omni Alam Sutera, Serpong, Banten, terapi perubahan perilaku kognitif sering digunakan pada kondisi ketika obat-obatan tidak banyak membantu pasien. Terapi yang sama juga biasa diberikan pada pasien yang mengalami respons sebagian dengan pengobatan antidepresan.
"Pada dasarnya, CBT untuk mengubah kognitif pasien, terutama tentang persepsi nyerinya," kata Andri kepada Tempo, Selasa, 7 Mei 2013. Pada kasus yang tidak bisa sembuh sempurna, terapi ini terasa lebih diperlukan agar pasien mampu menerima kondisi dirinya yang mengalami sakit. Dengan terapi ini, ujar Andri menegaskan, "Pasien berusaha agar tetap semangat menjalani kehidupan."
Fibromialgia ditulis dalam Rubrik Kesehatan Majalah Berita Mingguan Tempo edisi terbaru, yang terbit Senin (6/5) kemarin, bertajuk Nyeri Misteri yang Tak Terperi. Fibromialgia adalah gangguan berupa nyeri yang berlangsung menetap dan terus-menerus (kronik) minimal selama tiga bulan.
Menurut dokter Rudy Hidayat dari Divisi Reumatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, nyeri jenis ini belum banyak dipahami oleh kalangan dokter dan pasien di Indonesia. Itu sebabnya, diagnosis yang disampaikan kepada pasien sering salah. Tak aneh jika pasien sudah pindah-pindah dokter, tapi nyerinya tak kunjung tertangani.
Fibromialgia patut mendapat perhatian karena angka kejadiannya terbilang besar. Menurut para ahli reumatik sedunia, prevalensi gangguan nyeri mencapai 2-5 persen dari populasi orang dewasa. Mayoritas usia penderita adalah 35-60 tahun. Kaum perempuan lebih banyak tersambar penyakit ini dibandingkan dengan laki-laki, yakni 9 :1.
Ada empat gejala utama yang bisa dijadikan pegangan untuk menegakkan diagnosis fibromialgia. Keempatnya adalah nyeri menyeluruh tubuh, ada tender point (titik tekan), muncul gangguan tidur, dan terjadi kelelahan dan kekakuan, terutama pada pagi hari. Gejala lain yang juga kerap muncul adalah migrain, gangguan memori kognitif dan perilaku, serta gangguan saluran cerna.
Nyeri pada fibromialgia hebat bisa terjadi pada 18 titik tubuh, bisa di leher, pundak, pinggang dan lain-lain. Lantaran begitu banyak titik tubuh yang nyut-nyutan, wajar jika pasien datang ke dokter dengan keluhan nyeri di seluruh tubuh. Menurut American College of Rheumatology, diagnosis fibromialgia harus terjadi pada 11 dari 18 titik nyeri. Namun, merujuk pada sebagian besar kasus yang ditangani Yoga, pasien yang ditangani rata-rata mengalami nyeri pada 9-10 titik. Meski, ada juga pasien yang sampai merasakan nyeri pada 16-18 titik. "Patokan diagnosis harus ditemukan 11 dari 18 titik perlu direvisi," kata Yoga I. Kasjmir, reumatolog FKUI-RSCM.
Ke-18 titik nyeri fibromialgia adalah dua titik di leher depan bagian bawah, dua titik di atas payudara,dua titik di bawah siku, dua titik di atas lutut bagian dalam, dua titik di bagian belakang tengkorak, dan dua titik di antara leher dan bahu. Selain itu, nyeri juga terasa di dua titik di bahu atas, dua titik di pantat bagian atas, serta dua titik di panggul.
Penanganan pasien fibromialgia bisa dilakukan dengan dua pendekatan, yakni farmakologis (obat-obatan) dan non-farmakologis. Obat lazim diberikan untuk mengatasi nyeri, gangguan tidur, depresi atau kecemasan. Sedangkan non-farmakologis bisa berupa olahraga, yoga, hipnoterapi, pemijatan/urut, konsultasi psikiatrik, terapi perubahan kognitif dan sebagainya. Olahraga yang dianjurkan adalah aerobik, jalan kaki, berenang, dan sepeda statis. Secara gradual, olahraga dilakukan 30-60 menit selama 2-3 kali sepekan.
Selain CBT, dokter Andi melanjutkan, obat antidepresan, terutama golongan Serotonin Norepineprin Selective Inhibitor (SNRI) seperti duloxetine, banyak digunakan untuk pasien fibromialgia dan mengalami gejala depresi. Di Amerika Serikat, obat ini telah disetujui sebagai obat yang diindikasikan untuk fibromyalgia. Hasil penggunaan obat ini kepada pasien cukup baik, terutama pada pasien fibromyalgia yang gejala depresinya sangat nyata. "Kita tahu bahwa obat antidepresan golongan SNRI ini menyeimbangkan sistem saraf di otak agar kondisi nyerinya membaik," katanya.
DWI WIYANA