Untuk kawasan Jabodetabek, aktivitas yang rutin mereka lakukan adalah pertemuan dan diskusi bulanan. "Kalau yang nasional sih setahun sekali," ujar Ranggi. Lalu jika ada laporan fenomena UFO, BETA-UFO pun siap menganalisis. "Kami punya alat untuk menilai apakah penculikan oleh makhluk luar angkasa yang dialami seseorang itu benar apa enggak," katanya. Sebab banyak juga yang mencari sensasi dengan memanfaatkan teknologi kamera teranyar.
Salah satu metode dalam ufologi (Ilmu yang mempelajari tentang UFO) yang masih diperdebatkan saat ini adalah channeling, yaitu berkomunikasi dengan ras alien tertentu yang memang memilih manusia bumi tertentu. Manusia yang bisa bicara dengan alien disebut contactee. “Ada anggota kami yang bisa bertugas sebagai contactee," Ranggi menjelaskan. Tapi channeling ini tidak pernah dilakukan komunitas. Hasil channeling pun
harus dikritisi dengan benar kesahihannya. "Bahasa yang digunakan biasanya bahasa dari ras alien tertentu atau dalam bentuk simbol yang universal," ujarnya.
Di luar aktivitas tersebut, BETA-UFO juga mengkaji penelitian-penelitian tentang alien. "Kalau untuk ini, Amerika adalah yang terdepan," ucapnya. Menyukai hal-hal tentang UFO, Ranggi melanjutkan, adalah hobi. "Dan hobi itu adalah sesuatu yang menyedot biaya," tuturnya. Apalagi kalau komunitas berencana menggelar ekspedisi. Seperti yang terdekat, bulan depan, BETA-UFO akan menyambangi komunitas serupa di Singapura dan Malaysia. Sebagian besar biaya, harus ditanggung peserta sendiri.
BETA-UFO selalu menerbitkan laporan tahunan penampakan UFO di Indonesia. "Kan banyak itu bentuknya ada piring terbang, segitiga, dan cerutu," ujar Ranggi. Laporan pun memuat, daerah mana saja yang paling sering disambangi UFO dalam setahun terakhir. "Salah satu UFO spot di Indonesia itu Dago Bandung," ujar dia. Analisis dari Bapak
Ufologi, J. Allen Heynek, adalah UFO selalu mampir ke daerah yang kandungan airnya tinggi. Nah, Bandung itu dahulunya kan danau purba, jadi wajar saja kalau tetangga dari luar planet bumi ini rajin mampir. "Banyak yang percaya kalau Bandung itu Stargate, Gerbang Bintang, atau portal gitu lah," kata dia.
Mengkaji tentang UFO, bagi Ranggi, adalah minat yang ditemukan sejak 2000. "Saya itu suka tentang ancient alien, jadi kebudayaan di masa lalu itu sebenarnya tidak lebih buruk dari masa sekarang, peradaban itu naik-turun," tuturnya. Setelah bergabung dengan BETA-UFO, ia menemukan bahwa UFO itu adalah kajian yang bisa dipelajari dengan banyak pendekatan. "Tapi kalau tidak hati-hati bisa menjurus ke ateisme," kata dia.
Beda pula dengan Rizky Afriono. Arkeolog ini menguraikan, ada banyak hal dalam kajian arkeologi yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. "Seperti temuan reaktor nuklir yang usianya jutaan tahun. Itu buatan siapa?" kata Pengurus Regional Koordinator Investigasi
BETA-UFO Jabodetabek ini.
DIANING SARI