TEMPO.CO, Jakarta - Anda mungkin tahu bahwa obsesi adalah dominasi pikiran seseorang mengenai perasaan atau keinginan akan sesuatu hal. Namun Anda tidak menyadari bahwa memiliki obsesi yang berlebihan dapat menyebabkan Gangguan Obsesif kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder, OCD).
Seperti yang dilansir situs Howstuffworks, OCD merupakan gangguan kecemasan, dimana kehidupan seseorang didominasi oleh pikiran-pikiran (obsesi) yang ditindaklanjuti dengan perbuatan secara berulang-ulang (kompulsi) untuk menurunkan kecemasannya. Gangguan kecemasan yang berlebihan juga dapat mengganggu kegiatan sehari-hari, mengorbankan hubungan, dan menghancurkan kehidupan. Menyadari penyebab dan gejala obsesi dapat membantu Anda menangani masalah ini menjadi lebih baik. Berikut terdapat cara menangani gangguan obsesif kompulsif.
1. Meditasi. Meditasi untuk orang-orang dengan obsesi tinggi dapat membuat pikiran mereka menjadi jernih dan tenang. Jangan mengandalkan emosi yang hanya membuat masalah tersebut semakin runyam. Latihan pernafasan bisa membantu untuk mengendalikan pikiran supaya tetap berhati-hati dalam menyikapi persoalan yang terjadi.
2. Psikoterapi.Treatment psikoterapi untuk gangguan obsesif kompulsif umumnya diberikan hampir sama dengan gangguan kecemasan lainnya. Psikoterapi merupakan serangkaian metode berdasarkan ilmu-ilmu psikologi yang digunakan untuk mengatasi gangguan kejiwaan atau mental seseorang.
3. Farmakologi. Pemberian obat-obatan medis berserta psikoterapi sering dilakukan secara bersamaan dalam masa perawatan penderita OCD. Pemberian obat medis hanya bisa dilakukan oleh dokter. Pemberian obat-obatan haruslah melalui kontrol yang ketat karena beberapa dari obat tersebut mempunyai efek samping yang merugikan.
HOWSTUFFWORKS.COM | ANINDYA LEGIA PUTRI
Baca Juga:
Kenali Jenis Mengompol pada Lansia
Bocah Ini Terlahir dengan Kaki Mirip Katak
Ini Tip Agar Siap Menghadapi Masa Tua
Lansia Indonesia Makin Bertambah
Ternyata Anjing Takut dengan Buah Lemon