Porno. "Kami tidak menipu penonton dengan menutupi siapa kami sesungguhnya" kata Tuan Bambang strip Nona Mirna dengan mengerjapkan bulu mata palsunya diatas kelopak matanya yang telah hitam karena polesan pinsil. "Karena kami memang
laki-laki. Laki-laki secara fisik. Lelucon kami tadi adalah lelucon seorang laki-laki yang bersolek", katanya menambahkan.
Mirna ternyata agak bangga dengan keterus-terangannya itu. Karena bukankah biasanya seseorang yang telah mendapat julukan "wadam" selalu berusaha untuk menutupi benjal benjol tubuhnya yang asli, sedemikian rupa sehingga berlebih-lebihan, hanya karena mereka ingin kelihatan sebagai wanita komplit. Mengenai apakah pola itu porno, Kolonel Edy menjawab: "Kalau itu dilakukan oleh wanita tulen, bisa saja dianggap porno. Tapi yang ini saya kira tidak sama sekali".
Lalu sang Kolonel memberikan contoh tentang seorang lelaki yang memakai celana pendek dan singlet. "Apakah itu juga dianggap porno" tanyanya. Tetapi sayang tak sempat diterangkannya apakah seorang lelaki dengan singlet dan kolornya itu apabila sudah mulai jungkir balik di depan sejumlah orang baik-baik dengan maksud merangsang juga tidak porno. Terutama apabila itu dilakukan dalam sebuah Youth Centre.
Bagi mereka yang kurang membedakan antara paha wanita dan paha pria, tarian Mirna dan tarian selanjutnya yang dibawakan oleh Maya Puspa, di dalam kurung Djoni umur 31 tahun, dengan tubuhnya yang sintal menggeliat tentu menyebabkan nafas tegang tidak karuan. Tarian bertema ratu Cleopatra itu dibawakan Maya dalam pakaian tile biru muda yang jelas membayangkan tile hitam didalamnya. Sedemikian rupa pengaturannya sehingga menimbulkan daya gugah yang menggelicirkan bagi yang gampang tergelincir. Juga dalam nomor-nomor lain yang diberi nama mentereng, seperti: "Rabbits Dance" "Play boy Dance", Maya menggoyangkan semua bagian badannya, dari pinggang ke perut dan dada.
"Saya tak belajar dari siapa pun tari-tarian ini", katanya menjelaskan. "Saja berlatih sendiri dengan gerakan-gerakan yang saya bayangkan kalau saya tonton sendiri akan merangsang. Kalau tarian tadi sudah dianggap hot, saja masih bisa lebih hot lagi" kata Maya terus terang. Ini saya sudah menjelaskan bahwa memang ada itikad merangsang dalam tarian tersebut. "Tapi tentu sadja tarian jang lebih hot itu pada acara khusus yang terbatas", bisik Maya kemudian mengakhiri keterangannya.
Wadam. Mirna yang memimpin The Woman Imitation Arts beranggota 6 orang itu bukan orang baru ternyata. Semula ia bergabung dengan "Wadam Top Star" ( Baca: Kisah Waria 'Mangkal' Sampai Johor ) yang tadinya bernama "Wadam All Star" dibawah pimpinan Tante Any Mambo. Namun kemudian memisahkan diri karena timbul persengketaan terutama dalam soal redjeki. Kini mereka berdiri sendiri dengan nafkah antara Rp 2.500 sampai Rp 10.000 sekali pertunjukan. "Selain mengadakan show, kami juga modis, penghias penganten dan .... pacaran" kata Susy salah seorang dari keenam mereka dengan genitnya.
Sedang Mirna yang dahulunya dikenal di Djakarta sebagai duet "Bambang Bersaudara" dalam band OTISTA bersama Bambang saudara kembarnja jang lebih tua lima menit, menerangkan bahwa ia akan tetap mempertahankan nama "Bambang" dalam usaha menjadi penari profesional.
"Dalam show saya adalah laki-laki atau dalam business saya adalah imitation woman. Kalau saya menjebut diri wadam, akan sulit diterima dalam acara lain seperti TV atau Taman Ismail Marzuki. Tetapi kalau saya laki-laki mereka saja kira akan menerima saya sebagai laki-laki yang show dengan bersolek". Sebaliknya Maya tidak emoh dipanggil wadam, ia berkata genit: "Kalau saja boleh pilih, saya senang dengan panggilan kehormatan yang diberikan oleh Bang Ali yaitu wadam". Ketika ditanyakan kepadanya alasannya, ia menjawab mengejapkan matanya sambil menutup sedikit mukanya dengan kipas: "Sebab lebih mesra, lebih sadiiiiiiiis deh, .....!"
Kemudian Mirna alias Bambang menceritakan bahwa mereka sudah pernah berkunjung ke Semarang, Jogja, Surabaja. Bilangnya disana mereka disamakan dengan artis-artis lain. Disambut,dipawaikan keliling kota dan dimintai tanda tangan. Sedang
mengenai perbedaan Mirna dengan "The Woman Imitation Arts" nya dengan wadam yang ngamen diteras toko dan yang menari di Taman Ria atau pun yang keluyuran di jalan Mirna memberi garis tegas."ltu statusnya berbeda dengan kami" katanya dengan sigap dan pasti.
Diterangkannya bahwa yang ngamen itu adalah mereka yang mempunyai kepandaian tinggi tetapi tidak "cakep". Yang joget di Taman Ria adalah yang biasanya hanya tahu joget Melayu dan rada-rada cakep. Dan yang keluyuran di jalan-jalan adalah mereka yang tak tahu tata susila, tampang ada tetapi kepandaian nol.
"Kami adalah yang punya wajah lumayan dan punya bakat dan kemauan" kata Mirna. "Jadi ada perbedaan, yah perbedaan maksud saya kelas sosialnya. Perbedaan yang dapat membedakan tinggi rendah nilai pandangan masyarakat terhadap kami". Lalu dengan tegas ia menyebutkan yang menjadi perbedaan grupnya dengan wadam lain: mereka tidak menutupi bahwa mereka pada hakekatnya lelaki". Saya lebih positip" katanya. (Baca: Waria Yogya Merasa Lebih Solid Dari Gay Atau Lesbi )
"Karena saya mengaku terang-terangan bahwa saya lelaki. Sedang mereka tetap bertahan dengan mengatakan bahwa mereka perempuan. Papi dan Mami saja tahu, mereka tak melarang asal jangan keluyuran di jalan-jalan".
Meskipun mereka mengaku bahwa mereka lelaki, penonton di Gelanggang Remadja Djakarta Timur pada malam itu banyak juga yang merasakan bahwa tarian-tarian yang mereka bawakan merangsang. "Porno" komentar salah satu penonton. "Tidak cocok
untuk kegiatan Gelanggang Remadja" kata yang lain. Terhadap komentar-komentar ini Kolonel Edy Mudiono menyatakan bahwa istilah porno yang dilontarkan itu sudah terlalu mengecam dan memasukkan usaha baik dari orang-orang yang tidak sempurna itu -- wadam -- sebagai tak bersusila.
"Kami mencari uang untuk membiayai gedung baru ini, karena dipakai atau tak dipakai gedung ini memerlukan biaya", katanya menjelaskan dengan serius. Diterangkannya pula bahwa subsidi yang dijanjikan Pemerintah belum menetas dalam bentuk duit". "Show ini adalah untuk mengisi acara sebelum ditentukannya program dari Badan Pembina. The Woman Imitation Show ini hanya salah satu saja dari acara-acara yang saya anggap menarik. Acara lainnya tentu saja akan ada", katanya bagaikan seorang tertuduh yang membela diri.
DIOLAH DARI MAJALAH TEMPO EDISI 5 JUNI 1971/ HADRIANI P
Topik Terhangat
Penyadapan Australia | Vonis Baru Angelina | Kontroversi dan Diskriminasi Waria | Topan Haiyan | SBY Vs Jokowi |