Waria tak selamanya jadi bahan olokan, kaum inipun memiliki prestasi dan bisa unjuk diri gemilang. Misalnya dalam Pekan Olahraga Waria (Porwari) di Yogyakarta yang digelar era tahun 90an yang mempertandingkan lima cabang olahraga, sang juara pun muncul di bidang olahraga, perkumpulan waria Jakarta Utara terbilang biangnya prestasi. Mereka juara bulu tangkis dan tenis meja se-Jawa pada tahun 1992 dan juara bola voli se-Jawa Bali dalam kejuaraan tahun 1993 di Malang.
"Kami bisa fleksibel tak hanya soal gaya berpenampilan cantik, waria yang suka olahraga juga punya prestasi gemilang. Waria yang mampu unjuk diri dan prestasi, bagi kami itu kunci kerhomatan," kata Chenny Han. (Baca : Kisah Chenny Han Dari Taman Lawang Ke Las Vegas )
Chenny menuturkan pada terorganisasinya para waria juga membuat waria sering mendapat bantuan dari Badan Koordinasi Kesejahteraan Sosial (BKKS) maupun bantuan dari lembaga swadaya masyarakat atau NGO untuk memberikan pelatihan ketrampilan seperti menjahit dan merias pengantin. "Sayangnya, para warian ini hanya sedikit yang mau bersabar, berjuang dan menunjukan prestasi atau unjuk diri di berbagai bidang baik di tingkat nasional dan ninternasional. Kalau yang merasa stagnan menyerah pada nasib ya sukanya "nyebong" lebih mudah dapat uang untuk hidup, itu selalu dalih mereka," kata Chenny.
Di Surabaya juga ada Persatuan Waria Kota Madya Surabaya (Perwakos) yang dipimpin Panky Kenthut yang didirikan sejak tahun 1978 dan memiliki anggota ratusan orang waria yang memiliki beraneka ragam kegiatan dan mendulang prestasi seperti pemilihan ratu kecantikan waria, lomba menyanyi, pengajian, penataran P4, dan aksi sosial seperti mencukur gratis narapidana di LP Kalisosok. (Baca: Maryani, Pendiri Pesantren Waria Di Yogyakarta )
Perwakos memang memiliki tujuan mulia, meningkatkan keterampilan anggotanya sehingga waria bisa menjadi bagian dari masyarakat umum. Dan supaya masyarakat tak menempatkan waria sebagai banyolan semata atau manusia kelas dua.
Kelompok waria lain yang cukup terkenal adalah Fantastic Dolls, yang berdiri 40 tahun lalu (1973) di bawah pimpinan Myrna Saud. Di masa berdirinya, Fantastic Dolls sebagai terompet bagi kaum waria. "Saya tidak mau melihat waria jadi konyol seperti yang di Lenong Rumpi," katanya seperti ditulis Majalah Tempo pada edisi September 1993.