TEMPO.CO , Jakarta -- Tinggalkan pekerjaan, ajaklah anak dan istri berjalan-jalan pada akhir pekan. Bagi yang masih jomblo, berpelesiranlah dengan kerabat atau teman berkeliling kota atau lakukan outdoor activity.
Praktek-praktek semacam itu ternyata membuat orang lebih berbahagia, ketimbang membeli barang seperti mobil, sepeda motor, atau kapal pesiar. Ini merupakan kesimpulan riset dengan responden warga Amerika. (Baca: PBB: Kebahagiaan Lebih Penting dari Kekayaan)
"Orang sebenarnya tahu dan memprediksi secara akurat bahwa pengalaman-pengalaman hidup akan membuat mereka menjadi lebih bahagia," kata penulis hasil riset, Ryan Howell, associate professor of psychology di San Francisco State University. (Baca: PBB Rayakan Hari Kebahagiaan Internasional)
Ringkasan studi ini dimuat dalam situs Health Day edisi 2 April 2014. Tim peneliti mewawancarai responden, sebelum dan sesudah mereka membeli barang. Responden tidak memperkirakan berapa nilai uang yang diperoleh di luar pengalaman hidup.
Memang, mereka tahu bahwa pengalaman bisa membuatnya lebih bahagia, tetapi mereka masih mempersepsikan bahwa barang-barang yang sifatnya materi lebih bernilai. Salah satu alasannya, pengalaman hidup hanya menawarkan kenangan, sementara orang tahu nilai sebenarnya dari barang-barang material mereka. (Baca: 10 Hal Sederhana Rayakan Hari Kebahagiaan Dunia)
Kita secara alami mengasosiasikan nilai ekonomis dengan barang yang akan dibeli. Contohnya, membeli mobil dengan harga bervariasi sesuai dengan merek, jenis, dan spesifikasi. Namun kita mengalami kesulitan mengestimasikan nilai ekonomi yang akan kita peroleh dari kenangan kita. "Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang fana, emosi positif yang kita alami atas momen tertentu," kata Howell.
HEALTHDAY | ARBA'IYAH SATRIANI