TEMPO.CO, Jakarta - Diabetes mendatangkan banyak risiko, salah satunya obesitas. Pola makan yang tidak tepat memberi kontribusi besar terhadap terjadinya obesitas yang berujung pada ancaman diabetes.
Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), epidemi diabetes sudah menjadi ancaman global. Negara berkembang seperti Indonesia tak lepas dari ancaman penyakit ini dengan segala akibat komplikasi medis yang menghantui.
Berdasarkan data dari International Diabetes Federation pada 2012, Indonesia masuk peringkat ke-7 penyandang diabetes terbanyak di dunia. Penderita diabetes di Tanah Air rata-rata berusia 20-79 tahun.
Dalam "Soyjoy Conference" di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, 5 April 2014, hadir para pakar dalam bidangnya masing-masing, yakni Prof Mark Wahlqvist; Prof Dr dr. Abdul razak Thaha, MSc, Sp.GK; dan dr. Widjaja Lukito, Sp.GK, PhD.
Menurut Prof Mark Wahlqvist, kedelai bermanfaat bagi penderita diabetes lantaran memiliki indeks glikemik rendah sehingga bisa dicerna perlahan dalam tubuh dan dapat menjaga kadar gula darah tetap stabil. "Kedelai salah satu alternatif bahan pangan baik dikonsumsi oleh penyandang diabetes," kata visiting professor asal Australia ini.
Ia mengatakan makanan tradisional seperti tempe dan tahu yang mengandung kedelai bisa dikonsumsi sebagai makanan sehari-hari. "Sebaiknya makan makanan yang mengandung kacang-kacangan untuk pola makan diversifikasi yang sehat dan tidak itu-itu saja," katanya.
Untuk ketahanan pangan, Amerika, Brasil, Argentina, bahkan Cina masih mengimpor kedelai dari Amerika. Jumlahnya mencapai 80 persen. "Bahkan kedelai dipakai untuk konsumsi pakan ternak," katanya.(Baca : Dokter Sonia Wibisono Bicara Manfaat Kedelai)
Prof Abdul Razak Thaha mengatakan saat ini terjadi pergeseran pola hidup dan pola makan seiring dengan semakin kemajuan suatu negara. "Meningkatnya konsumsi makanan tinggi gula dan karbohidrat, kurang asupan serat dari buah, sayur-sayuran, dan kacang-kacangan," katanya.
Dr Widjaja Lukito menambahkan, untuk mengontrol gula darah, perlu diperhatikan pula frekuensi makan. Jumlah kalori makanan tertentu dengan komposisi sehat dan terbagi dalam frekuensi lebih dari tiga kali sehari menghasilkan kontrol gula darah yang lebih baik daripada bila diberikan dengan frekuensi kurang dari tiga kali sehari.
EVIETA FADJAR
Berita Terpopuler
Kasus Virus Ebola Meningkat di Afrika
Flu Singapura Merebak di Cilegon
Tompi: Dunia Kecantikan Didominasi Dokter Korea
Regenerasi Mode Asia dalam Panggung Runway Hits