TEMPO.CO, New York - Banyak orang ingin terlihat tetap muda pada usia tuanya. Orang yang ingin tampak muda menjalani beragam upaya, termasuk menjalani terapi suntik hormon anti-penuaan. Namun ternyata menjalani terapi anti-penuaan dengan menyuntikkan hormon tertentu malah berisiko memperpendek usia.
Sebuah studi menunjukkan bahwa orang-orang berusia 90-an tahun dengan kadar hormon pertumbuhan yang berkurang secara alami punya peluang lebih besar hidup hingga umur 100. Hal sebaliknya terjadi pada orang-orang berusia sama tapi memiliki hormon pertumbuhan dengan kadar di atas rata-rata.
Para peneliti dari Albert Einstein College of Medicine di New York menyebutkan, menyuntikkan hormon pertumbuhan sebagai strategi anti-penuaan bisa menjadi bumerang. Dalam laporan yang dimuat di jurnal Aging Cell edisi Aprilitu, disebutkan bahwa injeksi hormon pertumbuhan justru mengurangi kemampuan pertahanan alami tubuh menghadapi penyakit yang menyebabkan penuaan.
Hormon yang sering dianjurkan di klinik anti-penuaan adalah hormon pertumbuhan manusia (HGH). Hormon ini memicu tubuh memproduksi hormon pertumbuhan mirip insulin (IGF-1) dan dehydroepiandrosterone (DHEA) yang merintis pembentukan estrogen dan testosteron. Penggunaan HGH, estrogen, dan hormon lain secara berlebihan bisa memicu kanker, penyakit kardiovaskular, masalah sendi, dan penyakit ringan.
Dr Sofiya Milman, kepala studi dan asisten profesor endokrinologi di Albert Einstein College of Medicine, mengatakan belum cukup bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa HGH pada orang tua bisa memberi manfaat anti-penuaan. Penggunaan HGH sebagai terapi anti-penuaan bisa merugikan. "Studi ini menunjukkan, kadar hormon pertumbuhan yang rendah sebenarnya melindungi kaum tua dari penyakit akibat penuaan," kata Milman seperti ditulis Livescience, 27 Maret 2014.
Dari hasil pengamatan, peneliti menemukan peluang hidup para partisipan tergantung pada kadar hormon IGF-1 dalam darah. Setiap penurunan satu nanogram IGF-1 per milimeter darah berarti peluang hidup bertambah satu minggu. Kadar IGF-1 biasanya sangat penting bagi mereka yang tengah atau pernah menderita kanker.
Tiga tahun setelah mendaftar dalam studi, 75 persen partisipan yang sebelumnya memiliki kanker dan kadar IGF-1 rendah tetap hidup. Sedangkan hanya 25 persen partisipan dengan catatan kanker dan kadar IGF-1 tinggi yang hidup.
Milman mengatakan penggunaan hormon pertumbuhan bisa "melelehkan" lemak dan mengencangkan kulit sehingga orang tampak lebih muda. "Mungkin itu terlihat bagus untuk menjaga 'panjang umur ala Hollywood'," kata Milman. "Sebenarnya hal itu tidak memberikan keuntungan bagi publik, apalagi sebagai bagian dalam strategi anti-penuaan.
Studi lain yang dipimpin Dr Nir Barzilai, direktur Institut Riset Penuaan, menunjukkan bahwa banyak centenarian, orang yang hidup hingga usia 100 tahun, mengalami mutasi dalam gen. Hal ini menyebabkan level IGF-1 mereka secara alami tetap di bawah rata-rata.
Laporan dalam jurnal Cell Metabolism juga menyebutkan manfaat kadar rendah IGF-1 bagi orang tua. Orang pada usia 50-65 tahun yang mengkonsumsi banyak protein binatang dengan IGF-1 tinggi berisiko empat kali lebih besar terkena kanker. Menurut studi selama 18 tahun itu, konsumsi makanan dengan kadar IGF-1 tinggi meningkatkan risiko kematian hingga 75 persen.
LIVESCIENCE | GABRIEL TITIYOGA
Berita Lain:
Telkomsel Perkuat Konten Digital
LIPI: Drainase Buruk Picu Longsor Rel Malabar
Ke Mana Partikel Infeksi Saat Kita Bersin?
Galaxy Ace Style, Ponsel Pintar Kelas Menengah
Lubang Hitam Akan Telan Awan Gas Bima Sakti