TEMPO.CO, Depok -- Sudah menjadi kebiasaan, usai melaksanakan ujian hari terakhir, para siswa-siswi menggambar baju mereka dengan cat. Kelakuan para siswa ini bukan tidak dilarang. Namun karena keseringan tak dihiraukan, sekolah pun menyerah.
Hal itulah yang dirasakan oleh guru-guru di SMA dan SMK Pancoran Mas, Depok, Rabu, 16 April 2014. Sekolah merasa tak bisa berbuat apa-apa ketika puluhan siswa melakukan pesta corat-coret seragam di halaman sekolah. "Ini dilarang, tapi tetap saja," kata salah seorang guru di SMA Pancoran Mas, Herman Pulalo.
Herman mengatakan imbauan menyumbangkan baju untuk adik-adik mereka yang membutuhkan hanya dianggap angin lalu. Setiap tahun, siswa sekolah itu tetap saja melakukan pesta cat. Bahkan, mereka mengumpulkan dana untuk membeli puluhan cat pilox yang berbeda warna. "Ini sudah menjadi kebiasaan, identitas mereka," katanya.
Herman menjelaskan pihak sekolah tetap memantau jalannya pesta corat-coret itu. Soalnya, mereka mewanti-wanti agar siswanya hanya mencoret baju mereka, tidak di tembok sekolah maupun tembok orang di sekitar sekolah. "Yang penting jangan di tembok," katanya. (Baca juga: Kisah Sukses Kepsek Amerika Hadapi Siswa Urakan)
Ditanya soal tembok orang lain di depan sekolah yang sudah penuh dengan tulisan-tulisan dengan cat, Herman mengaku itu adalah karya siswa tahun lalu. "Tembok itu dicoret siswa yang keluar tahun lalu," katanya. Makanya tahun ini mereka menjaga para siswanya agar tidak bermasalah dengan orang lain sekitar sekolah. "Itu kan tembok orang, nanti kami yang repot."
Salah seorang siswa, Denira, 17 tahun, mengatakan corat-coret dilakukan oleh semua siswa di halaman sekolah. Hal itu mereka lakukan untuk merayakan kemenangan setelah menghadapi ujian yang melelahkan. "Senang karena bebas dari ujian, sekaligus kenang-kenangan," ujar siswi jurusan Akutansi SMK Pancoran Mas ini.
Menurut dia, selama ini dirinya belum mendengar ada larangan dari sekolahnya agar tidak melakukan corat-coret baju. "Enggak ada larangan dan imbauan," katanya. Dari pertama ujian, kata dia, mereka sudah bersiap untuk melakukan corat-coret itu. "Kami memang menunggu momen ini." Meski begitu, Denira mengaku tak setuju jika ada yang tawuran selesai ujian.
Pantauan Tempo, sebanyak empat orang petugas keamanan sekolah itu menjaga jalannya pesta corat-coret. Mereka menjaga para siswa itu hingga sampai ke jalan raya di luar sekolah. Para security itu bahkan mencarikan transportasi bagi para siswa yang ingin pulang. "Saya tadi jaga di jalan, pas mereka keluar sudah penuh dengan cat," kata salah seorang pengaman sekolah. (Baca juga: Seribu Guru Jakarta Dapat Pelatihan Mengajar)
ILHAM TIRTA
Berita Lainnya:
Jokowi Muncul Lagi di Soal UN Bahasa Inggris untuk SMA
Pesawat Kepresidenan Jajal Terbang, Ini Rutenya
Cegah Pelecehan Seksual, Ajarkan Anak 5 Hal Ini
Jakarta Raih Peringkat Pertama Kota di Negara Berkembang
Tata Kota Jakarta Kalahkan Manila dan Addis Adaba