TEMPO.CO, Jakarta - Nonie Bates, tercatat sebagai salah satu penduduk Jakarta yang kerap melakukan dine-out atau makan di luar. Nonie melakukan kebiasaan itu tiga kali dalam seminggu.
"Untuk harga setiap makan, bervariasi tergantung pilihan restorannya. Mulai Rp 75 ribu sampai Rp 700 ribu untuk setiap porsi dan satu orang," kata konsultan di Blue Points yang rajin dine-out di hari kerja Rabu hingga Jumat ini. Untuk akhir pekan, biasanya Sabtu atau hari Minggu bersama keluarganya.
Baca Juga:
Anna Yulia Firman dan Rizal adalah pasangan yang juga kerap makan di luar, terutama pada akhir pekan. "Saya, suami, dan putra kami sering menyambangi tempat-tempat makan yang direferensikan teman, atau kami memiliki fasilitas dari kartu kredit yang sering menginformasikan tentang tempat makan baru di Jakarta," kata wanita berusia 43 tahun ini kepada Tempo.
Kepala Bagian Implementasi Produk Kas di Bank Permata, Jakarta, ini menjelaskan biaya yang dihabiskan untuk makan di luar itu minimal seratus ribu rupiah untuk setiap orang.(Baca : Aplikasi Pencarian Isikota Meluncur di Versi Web)
Pada hari kerja, mereka makan di restoran bersama klien atau rekan kerja. Di akhir pekan, makan dengan keluarga. Inilah yang ditangkap oleh Kim dalam surveinya. Berbeda dengan New York atau kota besar lainnya, di mana penduduknya lebih suka pergi makan malam sendiri atau berdua, di Jakarta, sebagian besar dari mereka senang berkelompok. “Minimal terdiri dari empat orang dan bahkan lebih,” ujarnya.
Ada banyak hal yang menyebabkan orang lebih sering makan keluar. Salah satunya adalah kemacetan. Kemacetan parah di hari kerja membuat banyak orang pulang setelah matahari tenggelam. Mereka lebih senang makan malam di luar sebelum kelaparan di jalan. “Kemacetan bisa dilihat sebagai salah satu pemicu dine-out,” ujar Kim. Namun ia mengatakan, jika faktor kemacetan bisa dihilangkan, bukan tak mungkin jumlah tempat makan dan kunjungan orang Indonesia lebih banyak lagi.
Internet juga dianggap mempengaruhi fenomena dine-out di Jakarta. “Banyak sekali orang yang mencari referensi melalui Internet sebelum memutuskan untuk makan di luar,” kata Kim. Fenomena food blogger pun mulai mempengaruhi referensi publik sebelum memutuskan untuk pergi makan.
HADRIANI P | QARIS TAJUDIN| SUBKHAN | KURNIAWAN
Berita Terpopuler
Ternyata Ada Kanker yang Dapat Disembuhkan
Gerakan Move On untuk Pendidikan Anak Indonesia
Memberi Kesempatan Anak Autis Berkarya dan Bekerja
Berbagai Manfaat Keju Bagi Tubuh