Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hubungan Penuh Stres Tingkatkan Kematian Dini  

Editor

Alia fathiyah

image-gnews
AP
AP
Iklan

TEMPO.CO, Copenhagen - Menurut studi terbaru yang dipublikasikan dalam Journal of Epidemiology & Community Health, hubungan yang penuh stres dapat meningkatkan risiko kematian dini sekitar 50 persen.

"Hubungan sosial penuh stres berhubungan dengan peningkatan risiko kematian pada pria dan wanita terutama paruh baya untuk berbagai peran sosial yang berbeda," ujar seorang peneliti studi, Rikke Lund, dari Universitas Copenhagen yang dimuat di Medical Daily dan dikutip Antara, Kamis, 29 Mei 2014 .

Untuk sampai pada kesimpulan ini, para peneliti dari Denmark mempelajari studi dari Danish Longitudinal Study on Work, Unemployment and Health, yang menyertakan 9.875 orang pria dan wanita berusia 36-52 tahun. Hal ini untuk melacak kesehatan para partisipan pada 2000-2011.

Dalam studi ini, Lund dan rekan-rekannya juga mengukur hubungan sosial penuh stres, hubungan dengan pasangan, anak-anak, saudara, teman, dan tetangga. Mereka lalu memeriksa jawaban para partisipan soal hubungan-hubungan ini.

Hasil studi menemukan sepuluh persen dari partisipan mengatakan pasangan atau anak mereka merupakan sumber kekhawatiran mereka. Kemudian, enam persen dari mereka mengaku selalu atau sering terlibat konflik dengan anggota keluarga yang lain. Sementara sekitar dua persen yang pernah memiliki konflik dengan teman-teman.

Melihat hasil ini, para peneliti mengatakan hubungan penuh stres yang umumnya berbentuk konflik, kekhawatiran, dan tuntutan berhubungan dengan risiko kematian. "Konflik, khususnya, berhubungan dengan risiko kematian yang lebih tinggi terlepas dari siapa yang menjadi sumber konflik," kata para peneliti.

"Kekhawatiran dan tuntutan hanya dikaitkan dengan risiko kematian jika mereka berhubungan dengan pasangan atau anak-anak," tambah mereka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mereka menyimpulkan partisipan yang selalu merasa stres atau mendapat tuntutan dari anak-anak mereka mengalami peningkatan risiko kematian sebanyak 50 persen. Sekalipun demikian, Lunstad tak menyarankan orang-orang mengakhiri hubungan yang tidak baik dengan pasangan mereka.

Mengomentari studi ini, Julianne Holt-Lunstad, mengatakan pengaruh hubungan ternyata tidak hanya pada kesehatan secara keseluruhan, tetapi juga pada usia kita-berapa lama kita benar-benar hidup.

Menurut Lunstad, terdapat studi yang mempelajari hal berkebalikan dengan studi ini, yakni tentang hubungan yang dipenuhi cinta yang ternyata dapat membantu kita hidup lebih lama. Studi yang dilakukan pada 2013 ini menemukan, memiliki hubungan cinta kasih berhubungan dengan tingkat kematian yang lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak atau sendiri.  

"Bahkan, pada orang-orang yang memiliki gaya hidup yang tidak sehat cenderung hidup lebih lama daripada mereka yang tidak memiliki dukungan sosial dan masyarakat," menurut Sunil Mittal, psikiater dan direktur Cosmos Institute of Mental Health and Behavioral Sciences.

ANT | ALIA

Berita Lain:
Tren Rok Mini, Pendek tapi Manis
Filosofi Kesakralan Kain Endek Asal Bali
Pesona Tenun Bumi Celebes

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ketahui Penyakit Genetik, Pentingnya Tahu Riwayat Kesehatan Keluarga

18 Oktober 2022

Ilustrasi diabetes. Freepik.com
Ketahui Penyakit Genetik, Pentingnya Tahu Riwayat Kesehatan Keluarga

Setengah dari gen anak berasal dari orang tua biologis. Kadang adanya mutasi gen mengindikasi kemungkinan risiko memiliki penyakit genetik. Apa saja?


Anak Sulit Makan Sayur dan Buah? Ikuti Tips Mudah Ini

1 Juli 2019

Sekotak sayuran dipajang di kebun seluas 900 meter persegi di atap pusat pemilahan pos,  di Paris, Prancis, 22 September 2017. Kebun ini menanam buah-buahan, sayuran, tanaman aromatik dan obat-obatan. REUTERS/Charles Platiau
Anak Sulit Makan Sayur dan Buah? Ikuti Tips Mudah Ini

Apakah Anda sulit makan buah dan sayur? Lakukan berbagai tips mudah ini agar kebutuhan gizi anak Anda terpenuhi.


Saran Ahli Gizi agar Anak Terhindar dari Stunting

2 November 2018

Ilustrasi anak mengukur tinggi badan. answcdn.com
Saran Ahli Gizi agar Anak Terhindar dari Stunting

Menurut pakar gizi, pemerintah dan seluruh elemen masyarakat, perlu bekerja sama untuk menurunkan angka stunting.


Rumah Sedang Direnovasi, Perhatikan Kesehatan Anak-anak

8 Mei 2018

Ilustrasi pasangan mengecat rumah. shutterstock.com
Rumah Sedang Direnovasi, Perhatikan Kesehatan Anak-anak

Rumah yang sedang direnovasi sudah pasti kotor serta penuh debu dan zat kimia berbahaya. Lindungi anak-anak, jangan sampai kesehatan mereka terganggu.


Tanda Anak Keracunan Zat Berbahaya di Rumah dan Kiat Mengatasi

4 Maret 2018

Ilustrasi Keracunan
Tanda Anak Keracunan Zat Berbahaya di Rumah dan Kiat Mengatasi

Jauhkan bahan-bahan pembersih di rumah yang mengandung zat berbahaya. Kenali tanda anak keracunan zat tersebut.


Alasan Anak Tak Boleh Hanya Sarapan Buah dan Sayur

4 Maret 2018

Ilustrasi anak makan buah dan sayur. Shutterstock
Alasan Anak Tak Boleh Hanya Sarapan Buah dan Sayur

Menurut dokter, anak tidak dianjurkan hanya sarapan buah dan sayur karena tidak mengandung karbohidrat.


Anak Juga Butuh Pusat Kebugaran Khusus, Ini Saran Dokter

11 Januari 2018

Ilustrasi anak obesitas berolahraga. Kevin Frayer/Getty Images
Anak Juga Butuh Pusat Kebugaran Khusus, Ini Saran Dokter

Semakin banyak saja pusat kebugaran untuk anak dan menurut dokter anak memang butuh banyak beraktivitas.


Manfaat Menyusui buat Ibu dan Bayi, Cegah Obesitas sampai Kanker

14 Desember 2017

Ilustrasi Ibu menyusui. Shutterstock
Manfaat Menyusui buat Ibu dan Bayi, Cegah Obesitas sampai Kanker

Manfaat menyusui bagi kesehatan sangat besar, bukan saja untuk bayi tapi juga ibunya.


Anak Lesu dan Pucat, Waspadai Gejala Anemia

23 November 2017

Ilustrasi anak sakit. Shutterstock
Anak Lesu dan Pucat, Waspadai Gejala Anemia

Perhatikan anak Anda, bila terlihat pucat, lemas, dan lesu, bisa jadi ia mengalami anemia.


Kecoak dan Bulu Kucing Biang Kerok Asma? Ini Kata Dokter

26 September 2017

Kucing bernama Sam ini memiliki bulu berwarna hitam yang mirip alis. Sepintas ia terlihat seperti karakter kartun yang lucu. Berikut sejumlah kucing dengan corak bulu yang lucu dan unik. Boredpanda.com
Kecoak dan Bulu Kucing Biang Kerok Asma? Ini Kata Dokter

Kecoa itu alergen, bahan yang menyebabkan serangan asma. Kalau kecoak mati kan berterbangan kulit-kulitnya. Lalu?