TEMPO.CO, Jakarta - Sepanjang periode kampanye pemilihan presiden, sejumlah orang mencoba menetapkan diri untuk tidak berdiri di kubu mana pun, apakah Jokowi-Kalla atau Prabowo-Hatta. Ada pula yang telah menetukan pilihan tapi menolak menjadi tukang serang alias hater. Teruslah mencoba waras, itu jauh lebih baik. (Baca: Haters Jokowi-Prabowo Terancam Pikun Lebih Dini)
Ada tip untuk Anda dari ahli penyakit ini: jauhi Internet! Sebuah penelitian di University of California menemukan orang awam bisa dibikin sawan oleh para hater. Soalnya, "penyakit" ini ternyata menular. "Virus hater" bahkan lebih mudah menular melalui Internet--lewat berita, apalagi media-media sosial.
Jaringan para hater juga akan lebih mudah berkembang dan membesar di Internet. Para hater sering kali akan membentuk kelompok sebagai simbol dan identitas mereka. Misi para hater ini biasanya mengejek, menyerang, dan menghancurkan target mereka. (Baca: Kata Syahrini tentang Para Pembencinya)
Seperti diberitakan di situs Huffington Post, tidak ada orang yang dari awal jadi hater. Kebencian mereka biasanya berfase: mulanya "lawan", lalu tumbuh jadi hinaan, dan akhirnya jadi hater.
Para hater sering kali memaksakan kebencian mereka pada orang lain tanpa ada alasan yang jelas. Namun mereka bisa saja tidak dapat membedakan antara benci dan cemburu. Para hater bahkan tidak suka dengan sikap, kegiatan, dan kehidupan orang yang jadi obyek kebenciannya.
"Saya selalu mengasumsikan bahwa kebencian adalah mekanisme pertahanan alami: orang akan membenci hal-hal atau orang yang mereka anggap sebagai ancaman," kata dr William L. Pierce, seperti dikutip National Vanguard.org.
Apakah Anda termasuk hater? Klik untuk memeriksa di artikel ini: Anda Haters Prabowo-Jokowi? Periksa 7 Tandanya.
RINDU P. HESTYA | THE HUFFINGTON POST | NATIONAL VANGUARD.ORG
Berita Lain:
Rumah Terlalu Bersih, Timbulkan Alergi dan Asma
Anak Lebih Bugar, Lebih Pintar
Inspirasi Jadul Ala Kemeja ROCKInc