TEMPO.CO, Jakarta - Sembelit atau sulit buang air besar kerap dialami seseorang. Umumnya, seseorang mengenali gejala sembelit dengan frekuensi BAB tidak rutin.
Menurut Konsensus Nasional Penatalaksanaan Konstipasi di Indonesia pada 2010 oleh Perkumpulan Gastroenterologi Indonedia, diketahui ada beberapa gejala lain dari sembelit.
Yakni, mengejan, feses keras, perasaan tidak lampias saat BAB, ada hambatan pada dubur, evakuasi feses secara manual dan BAB kurang dari 3 kali dalam seminggu.
"Jika mengalami dua atau lebih gejala di atas pada 3 bulan terakhir, maka dapat dikatakan berpotensi mengalami sembelit fungsional," kata Dr. dr. Ari Fachrial Syam SpPD-KGEH, FACG, dokter dan praktisi kesehatan dalam pertemuan dengan media di Eatology, Sabang, Jakarta Pusat pada 18 Juni 2014.
Menurut dr Ari, banyak hal yang menjadi faktor resiko sembelit. Diantaranya, jenis kelamin, usia, kondisi hamil, aktivitas yang kurang, jumlah asupan serat dan air bahkan faktor psikologi.
Baca Juga:
"Ada banyak faktor, gara-gara tim sepakbolanya kalah, ada masalah dengan pekerjaan dan keluarga," kata dia.(Baca: Jangan Biarkan Sembelit pada Anak Menjadi ... - Tempo.co)
Faktor psikologi ini sebagai faktor resiko terjadinya sembelit, dialami oleh orang-orang yang memiliki tingkat kecemasan tinggi.
Menurut Ari, pernah ada pasien yang berusia 25 tahun, baru menikah 6 bulan mengalami sembelit. Setelah diperiksa, tidak ditemui masalah. Belakangan diketahui, ia mengalami sembelit karena masih tinggal satu rumah dengan mertua. "Setelah setahun tinggal pisah, tidak lagi alami sembelit," ujarnya.
Brand Manager Dulcolax Indra Sugiharto mengatakan, sembelit sebenarnya penyakit yang sering diabaikan kebanyakan orang, akan tetapi jika terus dibiarkan akan menjadi kanker usus. “Banyak studi yang menyebutkan salah satu penyebab kanker usus adalah masalah sembelit yang kronis,” katanya.
Indra menjelaskan, sembelit bukan topik yang umum dibicarakan karena terdengar tabu, tidak sopan, dan tidak menarik.
Sayangnya, sebagian besar penderita jarang terbuka untuk membicarakan sembelit, dan lebih memilih untuk mencari sendiri referensi mengenai sembelit yang mungkin belum tentu sesuai dengan kondisi sembelit yang dialami. “Hal inilah yang membuat orang menganggap enteng penyakit tersebut,”katanya.
Dalam kesempatan ini diluncurkan website bebassembelit.com mengenai masalah sembelit dalam edisi bahasa Indonesia dari PT Boehringer Indonesia. Tujuannya, memudahkan masyarakat mengenali mengenai penyakit yang sering diderita masyarakat Indonesia dan cara pencegahannya.
EVIETA FADJAR
Berita Terpopuler
Prabowo Suka Es Krim, Jokowi Pecinta Tempe
Hindari Cuci Daging Ayam Sebelum Dimasak
Awas, Pipis di Kolam Renang Bisa Berakibat Fatal
Pulang ke Jakarta, Olga Makin Rajin Beribadah