TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ukus Kuswara mengatakan sekarang ini cukup sulit mencari orang kreatif di Indonesia.
Banyak pelaku kreatif ini pergi ke luar negeri karena mendapat tawaran yang lebih bagus. "Harus ada regulasi pendukung," kata Ukus Kuswara dalam jumpa pers Rapat Koordinasi Percepatan Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional, Rabu, 18 Juni 2014.
Ia mengatakan regulasi dalam pembiayaan bagi usaha ekonomi kreatif penting karena banyak pengusaha yang sulit mengakses lembaga keuangan padahal sudah memiliki badan hukum legal.
Menurut dia, ada tujuh isu strategis ihwal potensi dan tantangan yang harus diperhatikan para pemangku kepentingan dalam pengembangan ekonomi kreatif.
Tujuh isu itu yakni ketersediaan sumber daya kreatif (orang kreatif); ketersediaan sumber daya alam; industri kreatif yang berdaya saing, tumbuh, dan beragam; ketersediaan pembiayaan yang mudah diakses; perluasan pasar bagi karya kreatif; ketersedian infrastruktur dan teknologi; serta adanya lembaga yang mendukung pengembangan ekonomi kreatif.(Baca : Pengembangan 15 Subsektor Ekonomi Kreatif)
Staf Ahli Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil-Menengah Pariaman Sinaga mengatakan ada 54, 6 juta pelaku UKM ekonomi kreatif di seluruh Indonesia. "Sudah saatnya mendorong mereka untuk berkembang, mengingat jumlah mereka yang dominan dari seluruh pelaku usaha yang ada di Indonesia," katanya.
Sedangkan Cokorda Istri Dewi, Staf Ahli Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, mengatakan akan ada pengembangan industri konten dan desain dalam ekonomi kreatif. "Kami tidak fokus pada invensi dasar, tapi pada kemasan produk yang humanis, sehingga konsumen dimanjakan, apa yang jadi kebutuhannya," katanya.
Ia mencontohkan Korea Selatan yang sedang mengembangkan kemaritiman dalam produk kreatifnya. "Ini dimulai dari produk rumahan atau UKM, bukan skala korporasi," katanya.
Menurut Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Perdagangan Internasional Kementerian Kehutanan Bejo Santosa, dalam sektor kehutanan, pihaknya sudah mengembangkan bidang-bidang yang berkaitan dengan ekonomi kreatif, misalnya wisata alam di lebih dari 50 lokasi.
“Industri kreatif berbahan baku hasil hutan juga kami mulai kembangkan, di samping juga penggalian potensi plasma nutfah flora-fauna, misalnya wisata kuliner sop ayam hutan, durian gajah, hingga susu kuda liar,” katanya.
EVIETA FADJAR
Berita Terpopuler
Prabowo Suka Es Krim, Jokowi Pecinta Tempe
Hindari Cuci Daging Ayam Sebelum Dimasak
Awas, Pipis di Kolam Renang Bisa Berakibat Fatal
Pulang ke Jakarta, Olga Makin Rajin Beribadah