TEMPO.CO, Jakarta - Urban Kitchen yang pertama kali hadir pada 2009, kini menampilkan Waroeng 100 Hari. Perayaan atas kekayaan dan kelezatan kuliner Indonesia, dengan konsep kuliner temporer.
Semua makanan yang ada di Waroeng 100 Hari ini hanya ada untuk jangka waktu terbatas, 100 hari. Sehingga konsep ini bisa memaksimalkan jumlah kuliner Indonesia yang bisa "naik panggung".
Baca Juga:
"Kalau kita mencoba satu jenis makanan Indonesia setiap minggunya, setelah 70 tahun kita baru melahap 4.000 jenis, mengingat Indonesia terdiri dari 300 suku bangsa," kata Andrew Santoso, pemilik Urban Kitchen, pada peluncuran kembali Urban Kitchen di Pacific Place lantai 5, SCBD, Jakarta Selatan, pada 26 Juni 2014.
Urban Kitchen menghadirkan Waroeng 100 Hari untuk memperkaya makanan tradisional Indonesia yang ada di sana. "Kuliner Indonesia dalam masa keemasan, masakan Tanah Air banyak dicari konsumen," alasan Andrew menghadirkan Waroeng 100 Hari. (Baca: Nikmatnya Buka Puasa dengan Mi Hijau dan Es Teler)
Ide 100 hari ini didapat dari konsep politik. "Jadi, tenant yang masuk akan mendapatkan review, menu apa yang disukai pelanggannya," katanya. Nantinya, setiap 100 hari maka akan ada dua hingga tiga kedai makanan yang diganti, penggantian ini dilihat dari antusias konsumen.
Andrew mengatakan, ia selaku melakukan hal baru untuk gerai makanan. "Industri makanan dan minuman bergerak cepat. Jadi, kami update yang kami miliki," katanya. Konsep ruangan Victoria, dominasi warna kayu dengan kapasitas hingga 550 tempat duduk.
Operation Manager Waroeng 100 Hari, Lidia Tanod, mengatakan ada enam kuliner terpilih. Yakni, Soto Mie Sarodja, Ayam Bahagia, Gudeg Huhah, Mbokku Kitchen, Soto Kudus Pak Minto (dengan kecah THG asli Kudus), Empal Gentong Cirebon, dan ada pula kios Tjemtjeman. Khusus untuk kios Tjemtjeman tersedia aneka kudapan dan seruputan tradisional seperti roti bakar selai lobi-lobi dan wedang uwuh.
Andrew menambahkan, “Pemilihan gerai makanan sudah dikenal banyak orang, terlebih soal rasa tidak diubah. Makanan yang hadir hasil diskusi praktisi kuliner seperti Bondan Winarno,” katanya.
EVIETA FADJAR
Berita Terpopuler
10 Tip Hindari Gagal Ginjal
Pengganti Karbohidrat Saat Berdiet
Spa Tradisional Indonesia dari Akar Budaya