TEMPO.CO, Jakarta - Mengomentari soal fenomena jilboobs, pengamat mode dan gaya hidup Sony Muchlison menegaskan hal itu terjadi karena belum adanya regulasi ketat untuk para perancang kita khususnya perancang busana muslim. "Sehingga kalau mau dikatakan jilboobs kini menjadi ramai, itu lebih pada soal pemaknaan saja," kata Sony kepada Tempo, Sabtu, 9 Agustus 2014.
Sony mengatakan di Indonesia belum ada regulasi ketat yang mengatur karya para perancang, termasuk perancang busana muslim. "Para perancang berjalan dengan tafsirnya sendiri-sendiri. Dan sering menganggap kalau karya mereka yang bagus adalah ketika mereka merancang busana muslim dengan gaya bertumpuk, berlapis-lapis, tidak bersiluet, dan gaya gombrang yang dianggap sangat representatif," kata Sony Muchlison.
Pria berkacamata ini juga menyoroti berbagai tren dalam busana muslim termasuk tentang jilbab yang kemudian muncul dengan istilah dan tren macam-macam, seperti jilbab ninja, jilbab antitembem, kerudung bupati, lalu kerudung kapuchong yang terinspirasi dari gaya anak jalanan. "Nah, yang seperti ini kan istilah mode, tapi kita enggak bisa masuk dalam regulasi yang baku yang dimiliki Indonesia."
Sony menilai regulasi bisa jadi panduan yang benar. "Kalau dari awal ada regulasi untuk para perancang, saya yakin kita bisa sama-sama cerdas untuk menyikapi hal-hal yang begini. Ini memang tugas dan pekerjaan rumah kita bersama. Tak hanya perancang, pengusaha, dan pemerintah, tetapi semua lapisan," kata Sony.
HADRIANI P.
BACA JUGA:
Surabaya Tuan Rumah Pekan Mode Asia 2014
Gaya Klasik Elegan Kate Middleton
Orang Kaya Baru Indonesia Tersebar di Pedalaman