TEMPO.CO, Jakarta - Psikiater yang juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Nova Riyanti Yusuf, mengatakan ada beragam pemicu depresi yang merupakan gangguan mental emosional. Di kota besar seperti Jakarta, yang bisa menjadi faktor risiko adalah kemacetan, kompetisi, dan tuntutan gaya hidup. "Kena macet di sana-sini itu enggak sehat karena bisa memompa jantung secara berlebihan," ujarnya di Cikini, Rabu, 13 Agustus 2014.
Persoalan eksistensi, menurut Nova, juga bisa memancing depresi. Contohnya, warga di kota besar kerap merasa harus tampil oke dengan tren fashion terbaru serta menggelontorkan biaya berlebihan untuk nongkrong. "Orang memenuhi kebutuhan gaya hidup lebih pada eksistensi dan penilaian masyarakat dibanding kebutuhan. Padahal, orang lain juga enggak peduli-peduli amat," kata Nova.
Namun, menurut data Kementerian Kesehatan yang dirilis tahun lalu, angka gangguan jiwa di Jakarta masih lebih rendah dibanding daerah lain. Angka gangguan jiwa berat di Jakarta, misalnya, "hanya" 1,2 persen atau lebih rendah dibanding Yogyakarta yang sebesar 2,7 persen.
Sedangkan angka gangguan mental emosional di Jakarta sebesar 5,8 persen, masih di bawah Sulawesi Tengah (11,6 persen). "Tapi menurut saya, kita mesti lihat kondisi riil di lapangan karena kasus gangguan jiwa ibarat fenomena gunung es yang hanya memperlihatkan secuil fakta," ujar Nova.
Depresi adalah gangguan mental yang ditandai dengan kesedihan, kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, dan kehilangan energi. Depresi bisa menjadi kronis atau berulang dan menyebabkan gangguan besar bagi seseorang. Dalam kasus yang parah, pengidap depresi kerap memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
ISMA SAVITRI
Topik terhangat:
ISIS | Pemerasan TKI | Sengketa Pilpres | Pembatasan BBM Subsidi
Berita terpopuler lainnya:
Adik Prabowo: Tidak Ada Rekonsiliasi dengan Jokowi
Tersengat Listrik, Ketua Komisi V Meninggal
Robin Williams Akui Alami Sulit Keuangan