TEMPO.CO, Jakarta: Penyanyi Justin Bieber (baca: Justin Bieber Inginkan Anak dari Selena Gomez) seperti tak bisa meninggalkan kenangan indahnya menjalin cinta dengan Selena Gomez. Beberapa kali mengatakan sudah berpisah, namun pelantun lagu Baby ini akhirnya masih kembali dan merindukan Gomez. Seperti halnya Justin, dari dalam negeri, artis Julia Perez punya kisah serupa. Setelah berpisah dengan pesepak bola Gaston Castano, artis yang biasa disapa Jupe ini tampak mesra dengan pesepak bola Diego Mitchel. Namun, kemesraannya dengan mantan kekasih artis Nikita Willy itu semu, Jupe (baca: Jalani Operasi Rahim, Jupe Senang Gaston Datang) ketahuan masih mencintai Gaston, belum bisa pindah ke lain hati dan gagal move on.
Hal yang sama juga berlaku ketika capres nomor satu, Prabowo Subianto (baca: Warga Ibu Kota Juga Tolak Pilkada Lewat DPRD) dalam pilpres 9 Juli lalu, kendati hasil pengumuman Komisi Pemilihan Umum (KPU) tentang pasangan capres nomor satu, Jokowi, sebagai presiden priode 2014-2019, Prabowo tak bisa terima kekalahan dan tetap ngotot seolah tak mau move on. Prabowo keukeh menyatakan mengundurkan diri dari pilpres hingga menempuh jalur hukum ke Mahkamah Konstitusi. Belakangan meski Prabowo menyatakan walau tidak mencerminkan keadilan substantif, keputusan Mahkamah Konstitusi harus dihormati. Di parlemen dan di setiap kesempatan yang ada, Prabowo berjanji bersama saudara Hatta Rajasa dan seluruh mitra Koalisi Merah Putih berkomitmen untuk terus berjuang untuk mewujudkan Indonesia yang kita cita-citakan.
"Contoh yang saya sebutkan di atas hanya ilustrasi betapa sekarang ini, banyak orang yang susah atau gagal move on untuk berbagai hal. Ya urusan asmara, karier, hidup, hingga keputusan politik," kata Ainy Fauziyah, Leadership Coach dan Motivator pribadi dan perusahaan. Pada Tempo, Senin, 15 september 2014, Ainy menegaskan faktor mendasar seseorang susah dan gagal move on karena dia melupakan tujuan hidup yang sebenarnya.
"Banyak orang melupakan pentingnya tujuan hidup. Padahal tujuan hidup itu seperti Garis-Garis Besar Haluan Negara atau GBHN yang akan jadi pemandu kita untuk melanjutkan kehidupan meski alami kegagalan yang menyakitkan. Dengan memiliki tujuan hidup yang jelas tentunya dilengkapi bahwa kita memiliki kompas atau penunjuk arah kehidupan," kata wanita berjilbab ini.
Ainy (baca: Ingin Sukses Raih Impian? Beranilah Ambil Resiko) yang banyak memberikan pelatihan dan motivasi diri ini mengingatkan banyak orang melupakan esensi mendasar pada tujuan hidupnya. Sehingga jangankan memiliki kompas kehidupan atau penunjuk arah, banyak orang yang enggak tahu tentang GBHN-nya atau tujuan hidupnya.
"Kehidupan ini enggak selalu manis, ada saja sandungan hal yang pedih dan tidak enak, masalah yang menghambat atau kegagalan fatal menyakitkan. Kondisi ini berlaku dalam asmara, karier, politik, dan sebagainya. Tetapi hal itu jangan membuat kita stagnan dan nyaman berada di titik kegagalan yang berbuntut tak mau bangkit atau move on. Padahal kan hidup life must go on," kata Ainy.
Setidaknya, kata Ainy, ketika seseorang memiliki tujuan hidup yang dilengkapi dengan kompas kehidupannya akan mudah untuk bangkit saat dirundung masalah atau hal yang membuat kehidupan kita berada di titik nol. "Kita lihat kompas kehidupan. Ibarat kalau tersesat atau buntu cari jalan ke luar dalam sebuah perjalanan dengan kompas ini akan bantu untuk fokus pada arah selanjutnya. Jadi kita bisa tentukan, oke gagal saat ini, tapi bukan berarti mati atau diam di situ. Diri kita yang harus semangat jadi alarm atau pengingatnya."
Menurut Ainy, yang sering terjadi adalah kita tak bisa mengalahkan diri sendiri. Pada saat menghadapi kenyataan kita jatuh atau gagal, kata Ainy, kita ditipu diri sendiri dengan masih mau betah berlama-lama di situasi tersebut. Ainy menilai penipu terbesar yang mesti dikalahkan adalah diri sendiri.
"Banyak orang merasa nyaman dan bahagia berdiam diri di kegagalannya tak mau bangkit dengan alasan memang ini nasib saya. Hal ini salah, kita harus jujur dengan diri sendiri, oke boleh punya masa berkabung tapi jangan kelewat, ingat tujuan atau GBHN hidup, lalu pakai kompas kehidupan kita arah selanjutnya adalah kita mensyukuri, terima realita tapi ke depan kita harus berpeluang untuk mendapatkan hal lebih baik lagi. Gagal selesai, enough, enggak perlu dibiarkan berlama-lama. Jadinya borok dalam diri dan mengakibatkan kelumpuhan total hingga merasa enggak bisa bangkit," kata dia.
Ainy mengingatkan juga pentingya seseorang mengingat nilai dirinya. "Jangan berasa gagal move on selamanya dan tidak melihat nilai diri kita. Mereka yang gagal move on karena mau dirorong habis-habisan dalam keterpurukan yang tidak berkesudahan, tidak mensyukuri, tak mau terima kenyataan atau realita dan berpikir positif. Yang dipelihara adalah pikiran, perasaan dan aura negatif ya hasilnya begitu selamanya dengan pembenaran kebohongan dirinya sendiri."
Penulis buku motivasi Dasyatnya Kemauan dan penerima penghargaan Indonesia Digital Women Award bidang profesional dari Telkom Indonesia pada tahun 2013 ini mengingatkan dalam diri seseorang sangat penting menjunjung tinggi pada hidupnya dengan nilai-nilai diri, seperti kejujuran, tanggung jawab, kepedulian, dan saling menghormati. "Dikaitkan dengan mengatasi gagal move on yang ingat GBHN hidupnya, lalu pakai lagi kompas kehidupannya dengan nilai dirinya. Enggak ada sesuatu di muka bumi ini yang tidak bisa bangkit dari kegagalan apa pun," ujar dia.
HADRIANI P.
Terpopuler
Enam Keluarga Terbaik di Sunlight Living Challenge
L'Oreal Women of Worth, Mencari Perempuan Inspiratif
Pameran Wahana Permainan Dunia di Balai Sidang
Semangat Thursday Night Running