TEMPO.CO, Malang - Belasan wisatawan mancanegara belajar membatik di galeri Batik Tulis Celaket, Kota Malang, Selasa, 16 September 2014. Mereka berasal dari berbagai negara, seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura. Mereka tampak tekun dan menyimak saat perajin menjelaskan cara membatik. Kemudian mereka mencoba menggoreskan malam ke dalam canting di atas lembaran kain putih. (Baca: Keterampilan Batik Masuk Kurikulum Sekolah di Bogor)
"Senang, bisa belajar membatik," kata wisatawan asal Thailand, Phitthaya Phaefuang. Ia kadang terlihat canggung membuat motif batik sesuai selera. Namun, mereka hanya belajar membatik tanpa mengikuti proses selanjutnya seperti mewarna dan memudarkan malam. Perajin yang terampil membuat batik pun menjadi atraksi menarik untuk wisata dan belajar budaya Indonesia.
Mereka juga mengagumi batik, sebagai kekayaan budaya asli Indonesia. Ia mengaku bersyukur bisa belajar kebudayaan besar di Indonesia. Phittahaya mengaku sebelumnya pernah belajar membatik di Afrika Selatan. Namun, menurutnya membatik di Indonesia membutuhkan konsentrasi dan harus fokus untuk belajar.
"Sensasinya beda," katanya. Berbagai motif bunga, daun, dan gambar binatang menjadi tema goresan malam yang dilakukan para wisatawan. Batik (baca: Banyumas Didorong Menjadi Daerah Wisata Batik) semakin dikenal setelah UNESCO menetapkan batik sebagai kekayaan budaya warisan dunia. Apalagi, batik dikenal sebagai bagian tradisi dan budaya berbusana di Indonesia.
Batik Celaket memulai produksi pada tahun 2000, kemudian mulai populer dan dikenal sejak 2006. Sebagian besar kain batik dipasarkan di Jakarta dan Bandung. "Pemesanan di Bandung tinggi, banyak turis mancanegara berbelanja kain dan pakaian di Bandung," ujar perajin, Hanan Jalil.
Kain batik berukuran panjang 200 sentimeter selebar 115 sentimeter ini dipasarkan di Malang, Surabaya, Bandung, dan Jakarta. Selama ini, sejumlah motif populer diproduksinya, antara lain batik bergambar Gus Dur, Irfan Bachdim, dan ulat bulu. Selain batik tulis juga memproduksi batik cap, setiap lembar kain batik dijual seharga Rp 150 ribu, sedangkan batik tulis Rp 300 ribu per lembar.
EKO WIDIANTO
Terpopuler
Tetap Konsisten Berbagi Nasi Bungkus
Komunitas Andalkan Kerendahan Nurani
Sosok Penting Si Ahli Kreativitas Louis Vuitton
Dihina Gemuk, Bobot Penderita Obesitas Bertambah